Nasehat Ilahi

Kamis, 10 Desember 2009

Rekaman Khutbah Idul Adha 1430 H

Silahkan unduh rekaman Khutbah Idul adha di link berikut ini :

http://www.4shared.com/file/162570514/683ed6ed/idul_adha_1430_di_cilebut_masj.html

Selasa, 27 Oktober 2009

Kunjungi lapak buku saya ...

AlhamduliLlah ... Baru saja selesai lapak buku saya yang baru ...

Kunjungi yah .. di http://nun-agency.site90.net ..........

Syukran ..

Jumat, 23 Oktober 2009

Do'a

Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahiiim ...

Kami percaya takdir-Mu .. berikan kami yang terbaik.
Anugerahkan kepada kami kelezatan shabar dan tho'at ...

Amin ..

Minggu, 18 Oktober 2009

Merindukan Ka'ab (merindukan pribadi jujur)


Kisah itu terjadi pada bulan Rajab, tahun kesembilan sesudah hijrah. Musim panas yang terik dan kering melanda Madinah. Suhu gurun saat itu mencapai empat puluh derajat celsius lebih. Hampir setengah matang. Namun, seperti halnya musim panas yang lain, di saat-saat seperti itulah biasanya buah kurma masak. Dan Madinah sebagai kota perkebunan sedang menikmati limpahan manisnya panen kurma.

Tak ada hal yang paling menyenangkan bagi penduduk Madinah dalam suasana seperti itu kecuali berdiam diri di kota, sambil memetik buah kurma yang masak di bawah rimbunnya dedaunan kebun. Apalagi jika ditemani oleh sekendi air dingin yang sudah diembunkan pada malam sebelumnya. Tentu tak akan ada yang mau untuk menolaknya. Inilah saat dimana tak ada seorangpun yang mau untuk pergi melakukan perjalanan jauh.

Namun, di saat seperti itulah, Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam mengumandangkan panggilan jihad. Ghozwah Tabuk fi saa'atil 'usrah. "Perang Tabuk dalam waktu yang sulit", demikianlah para ahli sejarah menamakan panggilan jihad itu. Dinamakan sebagai waktu yang sulit karena sekurang-kurangnya disebabkan oleh tiga hal.

Yang pertama, saat itu cuaca sangat panas dan bertepatan dengan musim panen kurma. Penduduk Madinah yang sebagian besar adalah petani tentu akan lebih memilih untuk mengurusi pertaniannya terlebih dahulu.

Kedua, medan peperangan yang dituju sangat jauh. Berada di Tabuk, yang merupakan salah satu kota dekat Palestina. Untuk perjalanan perginya saja akan menghabiskan waktu satu bulan penuh. Belum ditambah waktu perjalanan pulang dan masa berperang. Sehingga diperkirakan peperangan ini akan memakan waktu dua bulan lebih.

Ketiga, musuh yang akan dihadapi adalah salah satu negara super power saat itu. Yaitu Romawi, yang terkenal memiliki prajurit dengan kekuatan prima dan persenjataan lengkap. Jumlah musuh yang akan dihadapipun luar biasa besar. Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam mendapat berita bahwa telah ada 40.000 orang prajurit Romawi yang berkumpul di kota Balqa' dan siap menyerang Madinah.

Disebabkan tiga alasan itulah, maka banyak kaum munafiqin yang enggan untuk berangkat mengikuti ghozwah Tabuk. Hanya sahabat-sahabat Nabi shallaLlahu alayhi wa sallam yang berhati ikhlash sajalah yang bersedia untuk menempuh perjalanan jauh dan sulit dalam ghozwah ini. Namun, ternyata ada tiga orang sahabat Nabi yang terkenal lurus keimanannya tetapi tidak ikut ghozwah Tabuk. Mereka bertiga terlalu sibuk mengurus kebun-kebunnya hingga tidak menyadari jika rombongan pasukan Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam sudah berangkat meninggalkan Madinah.

Diantara tiga orang sahabat Nabi yang tertinggal itu, tersebutlah nama Ka'ab ibn Malik radhiyyaLlahu 'anhu. Seorang sahabat yang selalu mengikuti hampir seluruh ghozwah (perang) bersama Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam. Seorang sahabat yang dikenal sebagai seorang yang berhati tulus dan beriman lurus. Beliau bukanlah termasuk kaum munafiqin yang saat itu mencari-cari alasan untuk tidak ikut berjihad. Beliau pula bukan termasuk sahabat yang sudah tua usia dan tidak memiliki perbekalan perang yang cukup, yang memang diizinkan oleh Rasulullah untuk tidak ikut berjihad. Beliau radhiyaLlahu 'anhu mengetahui panggilan jihad dari Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam dan sudah berniat untuk berangkat. Namun karena taswiif (menunda-nunda) dalam berangkat jihad, akhirnya beliau tertinggal dari rombongan pasukan Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam.

Sekembalinya Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam dari ghozwah Tabuk, berbondong-bondonglah kaum munafiqin menemui Rasulullah sambil mengemukakan alasan-alasan (yang sesungguhnya dibuat-buat) ketidak ikutan mereka berperang. Ka'ab ibn Malik pun di anjurkan oleh kaum munafiqin untuk juga menemui Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam dan mengemukakan alasan ketidak hadirannya di ghozwah ini.

Namun, berbeda dengan kaum munafiqin yang berdusta di hadapan Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam, Ka'ab ibn Malik malah mengakui kesalahannya dan tidak mau mengarang-ngarang alasan apapun. Padahal, sebagaimana diakuinya sendiri, beliau radhiyyaLlahu adalah u'thiya jadalan (seorang yang dikaruniai kemampuan untuk berargumentasi). Karena kejujurannya, Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam lantas bersabda kepada Ka'ab ibn Malik, "amma hadza faqod shodaqo, faqum hatta yaqdhiyaLlahu fiik (adapun orang ini, maka ia telah berkata jujur, maka tunggulah hingga Allah ta'ala menjatuhkan putusan untukmu)."

Maka Ka'ab Ibn Malik pun dihukum "hajr (isolasi/dijauhi)" oleh Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam. Hajr adalah hukuman dengan cara tidak mengajak berbicara dan bergaul kepada Ka'ab selama lima puluh hari. Bahkan, bukan hanya Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam saja yang meng-hajr Ka'ab Ibn Malik namun juga seluruh kaum muslimin di Madinah, termasuk pula istri Ka'ab ibn Malik.

Demikianlah, saat Ka'ab ibn Malik menjalani hukuman hajr dari Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam, ia merasa dunia sangat sempit dan jiwanya sesak. Hingga Allah subhanahu wa ta'ala menerima taubat Ka'ab Ibn Malik dan dua orang temannya radhiyaLlahu 'anhum sebagaimana tertera dalam surat at-Taubah ayat 117-120. Adapun kisah lengkap mengenai Ka'ab ibn Malik ini bisa kita baca dalam Kitab Shohih Imam Bukhari dan Imam Muslim.

Banyak hikmah sebenarnya yang terserak dari kisah "hajr" Ka'ab Ibn Malik radhiyaLlahu 'anhu. Salah satu hikmah berharga yang dapat kita ambil dari kisah ini, adalah keteguhan Ka'ab Ibn Malik untuk tetap berkata jujur. Padahal bila ia tidak berkata jujur, ia tidak akan dihukum hajr oleh Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam. Padahal pula saat itu, ia adalah seorang yang mampu dan memiliki kesempatan untuk berdusta. Namun, ia tidak memilih itu. Ia memilih untuk tetap berkata jujur, meskipun dengan itu ia harus dihukum.

Ka'ab ibn Malik tentunya menyadari betul firman Allah subhanahu wa ta'ala dalam surat al-Ahzab ayat 70 : "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan berkatalah perkataan yang benar". Ayat ini menjelaskan bahwa diantara ciri keimanan dan ketaqwaan seseorang adalah keteguhannya untuk berkata jujur.

Seorang yang beriman tidak akan berani untuk berdusta, karena ia menyakini bahwa setiap ucapannya pasti akan dicatat oleh para malaikat yang senantiasa menyertai.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam surat Qaf ayat 16 – 18 : "Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang Malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir."

Karena itulah bagi seorang yang beriman seperti Ka'ab Ibn Malik tidak ada pilihan lain kecuali berkata jujur. Meskipun kejujuran itu pahit baginya. Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam bersabda, "Katakanlah yang benar, walaupun kebenaran itu pahit." (Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban dalam kitab Shohih Ibnu Hibban).

Bahkan Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam saat ditanya jihad apakah yang paling dicintai disisi Allah Ta'ala, beliau menjawab, "Kalimat kebenaran di hadapan pemimpin yang lalim." (Diriwayatkan oleh Imam Al-Bayhaqy dalam kitab Sunan al-Kubra). Imam jair (pemimpin lalim/bengis) atau shulthon jair (penguasa lalim, dalam hadits riwayat Imam at-Thabrany) adalah penguasa yang akan menyiksa kita, bahkan memenggal kepala kita, jika kita mengucapkan kebenaran.

Jika kepada penguasa yang lalim saja Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam masih menyuruh kita untuk berkata jujur, maka mengapa kita tidak berani untuk berkata jujur pada hal-hal yang tidak membahayakan nyawa kita? Mengapa demikian banyak di antara kita yang berani berdusta hanya untuk menutupi harga dirinya? Atau, berdusta hanya untuk menyelamatkan kedudukan dan hartanya?

Kasus para jaksa yang tidak mau mengaku telah disuap (risywah) oleh makelar kasus BLBI, yang masih hangat diberitakan saat ini, menjadi sekedar contoh betapa dusta sudah menjadi keseharian sebagian dari kita. Belum lagi, kedustaan yang setiap hari dijajakan oleh para politikus untuk menutupi kegagalan kepemimpinan mereka.

Sungguh, di hari-hari terakhir ini, kita makin merindukan sosok seperti Ka'ab Ibn Malik radhiyyallahu 'anhu. Sosok yang rela dihukum daripada harus berdusta. Ataupun sosok seperti Imam Malik ibn Anas rahimahuLlahu yang tetap teguh berkata jujur tentang kebenaran al-Qur'an meskipun penguasa berfaham Mu'tazilah terus menyiksanya.

Semoga tulisan ini dapat menggugah kita semua untuk tetap mempertahankan dan membudayakan kejujuran. Sebagaimana do'a kita setiap hari, ihdina shirothol mustaqim, shirotol ladzina an'amta 'alayhim ... tunjukkanlah kami jalan yang lurus, jalan orang-orang yang kau beri nikmat ... . Do'a yang telah dijawab oleh Allah subhanahu wa ta'ala dalam surat an-Nisaa ayat 68 – 69 : Dan pasti Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus. Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: para nabi, orang-orang yang jujur, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh, dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.

Semoga ...

Wallahu a'lam bis showwab

Renungan setelah sang makelar kasus menitikkan air mata, 14/07/08
Muhammad Setiawan

Jumat, 16 Oktober 2009

Berapa Harga Situs/Blog Anda ..?

Berapa Harga Situs/Blog Anda ..? Itu pertanyaan menarik. Semakin populer suatu situs, semakin berharga nilainya.

Sebagai contoh, Detik.com nilainya adalah Rp. 40.21 miliar. Itu karena situs ini peringat no 9 di Indonesia. Dan di seluruh dunia peringkatnya 470.

Bagaimana dengan nilai situs facebook.com ...? Lima milyar dollar ...!!! atau kalau dirupiahkan sekitar Lima puluh trilyun rupiah ...!! Woowww .. Luar biasa kan ...

Sekarang, bagaimana caranya kita mengetahui nilai situs dan blog? Anda bisa mengeceknya di situs http://bizinformation.org/id

Coba deh ..

Kalo blog saya ini nilainya baru 3rebu dolar ... Hehehe lumayan lah ...

Salam.

Abah dan Anak2nya

Rabu, 14 Oktober 2009

Berurusan dengan Dunia Jin (tulisan 1)




Hemmm.. Mudah-mudahan Anda tidak ngeri yah membaca tulisan ini. Jangan sampai selama membaca tulisan ini melihat ke belakang melulu. Kayak ada yang ngeliatin ... Hehehe ...

Melalui tulisan ini sebetulnya saya ingin mengungkapkan kepada kita semua bahwa jin itu adalah makhluk yang ada. Nyata. Berada bersama dengan kita. Mereka memang ghaib. Tapi, ghaibnya adalah ghaib yang relatif. Itu artinya, sewaktu-waktu ia bisa menampakkan diri atau memberikan isyarat kehadirannya bersama dengan kita.

Hal-hal yang ghaib relatif itu sebetulnya banyak. Saat saya sedang duduk di depan komputer sekarang ini misalnya, anak-anak dan istri saya juga jadi makhluk ghaib relatif. Artinya, mereka tidak bisa saya ketahui saat ini, karena ada tabir penghalang yang bernama dimensi ruang. Demikian juga halnya dengan "om" jin ini. Mereka hanya terhalang dengan kita saja saat ini.

Pengalaman pertama saya berurusan dengan dunia jin ini adalah ketika dulu saya kuliah di satu perguruan tinggi negeri di Jakarta. Kalau tidak salah, tahun kedua saya kuliah, ada peristiwa yang menghebohkan di kampus saya itu. Mahasiswa baru yang sedang ospek, hampir satu fakultas, kesurupan semua.

Waahh .. semua jadi repot. Pas waktu kejadian saya memang tidak ada di kampus. Tapi esok harinya, saat saya di kampus, ternyata fenomena kesurupan itu masih juga terjadi.

Beberapa mahasiswa yang sedang kuliah tiba-tiba berteriak-teriak dan bergelimpangan. Saya dan teman-teman yang aktif di musholla kampus akhirnya jadi "dukun" dadakan. Di minta untuk menyembuhkan yang kesurupan dengan membaca ayat-ayat al-Qur'an. Terus terang pengalaman pertama "mengobati" orang yang kesurupan ini menyeramkan juga.

Baru pertama kali saya melihat orang yang tiba-tiba berubah 180 derajat saat sedang kesurupan. Ada yang tiba-tiba berubah suaranya. Ada yang tiba-tiba mengamuk kesana kemari. Ada juga yang sedikit-sedikit pingsan ... (hehehe .. jangan ada yang nyeletuk yah .. "pingsan kok sedikit2..")

Pokoknya heboh deh ..

Namun, alhamduliLlah dengan kejadian kesurupan massal di kampus itu, musholla kampus jadi rame setiap kali sholat dzuhur dan ashar. Dekan juga jadi tidak segan-segan mengucurkan dana renovasi kampus. Hemmm.. dalam hati .. "syukran yah om Jin... dah pada ngingetin kita semua .."

Itu pengalaman pertama.

Setelah kejadian itu, seingat saya, berturut-turutlah saya berurusan dengan soal "per-jin-nan" ini. Di tahun yang sama berulang kali saya melihat orang kesurupan dan saya diminta untuk me-ruqyah-nya.

Ruqyah itu arti harfiahnya "mantra" (kata orang betawi : baca-bacaan). Tapi yang saya maksud disini ada ruqyah syar'iyyah. Yaitu, dzikir dan do'a dari al-Qur'an maupun sunnah untuk mengobati dan melindungi diri dari gangguan jin.

Pengalaman yang paling berkesan juga di tahun itu (kalo gak salah tahun 1999, agak heran juga kenapa di tahun itu banyak banget yang kesurupan) adalah pengalaman berhadapan dengan peserta sanlat yang sedang kesurupan.

Ceritanya, dulu saya sering mengisi kegiatan training atau sanlat anak-anak remaja. Nah, suatu ketika saat saya sedang asyik ngisi materi tiba-tiba masuk satu orang peserta sambil mendobrak pintu. Dia tendang meja kursi. Dan sudah hampir memukul saya. Untung saya bisa ngeles ... (hehehe .. ngeles doang bisanya). Saat itulah masuk teman-teman yang bertugas menjaga keamanan sanlat dan langsung memegang tangannya. Herannya, anak yang sedang kesurupan ini walaupun sudah dipegangin lima orang lebih masih bisa juga berontak. Hampir saja dia lepas dan mau memukul saya lagi. Dalam hati, "kenapa juga nih anak semangat banget mau mukul saya ..? Kenal enggak, punya salah juga enggak ... atau, mungkin si jin yang di dalemnya itu masih dendam kali yah sama saya. Karena sering teman-temannya saya usir-usirin."

AlhamduliLlah, akhirnya setelah dibantu teman-teman, peserta Sanlat itu berhasil disembuhkan. Setelah di-"ruqyah" dan di-"tomplok" belasan orang, anak itu sadar dengan wajah innocent. Seakan tidak pernah terjadi apa-apa. Padahal kita sudah lelah sekali menyadarkan dia.

Begitulah, setiap tahun ada saja urusan saya dengan kawan-kawannya "om jin dan jun" itu. Insya Allah ditulisan yang akan datang, saya akan ceritakan pengalaman saya berurusan dengan jin dan orang2 kesurupan di tahun 2009 ini.

Sebelum saya tutup tulisan ini, saya hanya ingin berpesan kepada teman-teman, kalau berurusan dengan hal seperti ini, kuncinya satu (eh dua deh). Pertama, tenang. Yakin bahwa kita lebih mulia dari makhluk manapun. Yang kedua, yakin bahwa ayat-ayat Al-Qur'an dan do'a yang kita baca pasti akan membawa pengaruh bagi "mereka"

WaLlahu a'lam.

Salam.

Sabtu, 10 Oktober 2009

Mudahnya Menerjemahkan Al-Qur'an



Ide ini sebenarnya telah muncul lebih dari 15 tahun yang lalu. Ketika saya masih duduk di bangku sekolah Tsanawiyyah. Awalnya, saya tertarik sekali saat membaca kitab Fathurrahman. Kitab ini adalah kitab indeks al-Qur'an. Sehingga kalau kita ingin mencari ayat tertentu dalam al-Qur'an cukup kita cari saja melalui akar katanya. Misalnya kita ingin tahu ayat "alhamduliLlahi robbil 'alamin" itu ada di ayat berapa. Maka kita cari lah akar kata dari "alhamdu" yaitu "hamida". Ketemulah ayat itu di al-Qur'an di surat apa dan ayat berapa.

Saat membuka-buka kitab Fathurrahman itu, saya menemukan fakta, bahwa ternyata banyak sekali ayat-ayat al-Qur'an yang berasal dari akar kata yang sama. Sangat banyaknya sehingga kesimpulan kasar saya adalah, kalau saja kita bisa menghafal 300 kata saja dalam al-Qur'an bersama dengan cara perubahan katanya, maka kita bisa menerjemahkan hampir 75% dari ayat-ayat Al-Qur'an.

Yang dimaksud dengan perubahan kata itu contohnya, kalau di bahasa Indonesia, seperti berubahnya kata aktif "memakan" jadi kata pasif "dimakan". Akarnya kan tetap sama tuh .. yaitu kata "makan".

Dari ide itulah, dulu, saya sempat mengumpulkan kata-kata terbanyak yang muncul dalam al-Qur'an dengan bantuan kitab Fathurrahman. Tapi, seiring dengan kesibukan belajar waktu Tsanawiyyah (dulu saya sempat sekolah dua kali sehari, Tsanawiyyah paginya dan SMP Negeri kalau siang) akhirnya catatan itu tidak terselesaikan.

Setelah sekian belas tahun, beberapa bulan belakangan ini, keinginan untuk menyelesaikan tulisan itu kembali muncul. Keinginan itu muncul saat menyadari bahwa seringkali kita belajar Islam tidak abjadiyyah (berurut). Tidak dari "alif", kemudian "ba", kemudian "ta" dan seterusnya.

Sehingga seringkali ada saja di antara kita yang fasih berbicara mengenai fiqhud da'wah tapi berantakan saat diminta menjelaskan bagaimana cara tayammum yang benar. Ada pula yang semangat berbicara perbedaan dalam fiqh ibadah tapi bingung saat ditanya mengenai perbedaan Nabi dan Rasul.

Fenomena ini saya kira, berasal dari belajar agama yang tidak abjadiyyah tadi. Belajar agama yang tidak dimulai dari hal-hal yang paling penting dan mendasar. Menurut saya belajar bahasa Arab, setidaknya untuk memahami Al-Qur'an, termasuk hal yang penting dan mendasar itu tadi. Selain tentu saja mengkaji Aqidah, dasar-dasar kayfiyat (tata cara) ibadah, prinsip-prinsip akhlaq dan membaca al-Qur'an yang benar (sesuai tajwid).

Karena itu, sekarang saya sedang bersemangat untuk menyelesaikan tulisan saya mengenai cara mudah menerjemahkan al-Qur'an. Beberapa orang teman juga terus ngipas-ngipasin agar tulisan ini cepat selesai. Untuk itu kalau ada sahabat-sahabat yang punya ide untuk melengkapi tulisan ini saya mohon bantuannya yah .. Mohon doanya juga biar saya tidak males menyelesaikan tulisan ini.

Salam.

Selasa, 06 Oktober 2009

Mensyukuri Hidup


Mungkin tak ada yang paling sulit dalam hidup ini kecuali bersyukur. Syukur. Kata yang ringan diucapkan, tapi berat dilaksanakan. Mencoba tetap tersenyum dalam kegetiran. Mencoba tetap optimis saat terhempas.

Karena itulah Allah berfirman, "wa qoliilun min ibadiya syakuuur .. dan sangat sedikitlah di antara hamba-hambaKu yang mampu untuk bersyukur."

Banyak orang salah kaprah dengan kata syukur. Mereka mengira bahwa syukur itu hanya menerima. Pasrah. Pasif. Padahal, syukur itu sejatinya bergerak. Aktif. Para ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan bersyukur itu adalah kita memanfaatkan semua yang diberikan Allah sesuai dengan kehendak Allah.

Jadi, terkandung makna bekerja disitu. Ada juga makna eksploitasi. Sehingga seseorang yang bersyukur adalah orang yang mampu melihat potensi yang dimilikinya sebagai peluang untuk berbuat.

Seorang yang bersyukur akan melihat sampah yang menumpuk sebagai peluang usaha. Ia melihat anggota tubuhnya sebagai potensi. Melihat gedung yang tak terpakai, tanah yang tak terurus, alat-alat yang tak termanfaatkan sebagai aset yang bisa berguna.

Tak ada yang sia-sia bagi insan yang bersyukur. Ia akan senantiasa berdzikir, "Robbana maa kholaqta hadza baathila ... Tuhan kami, tidaklah Kau ciptakan ini sia-sia ..."

Karena itu, akan sibuk sekali setiap hamba yang bersyukur. Ia menyadari bahwa jatah hidup yang tersisa ini sesuatu yang sangat berharga. Tak boleh terlewat satu detikpun kecuali sebagai manfaat. Manfaat untuk dirinya juga untuk orang lain. Manfaat untuk membangun akhiratnya, juga menegakkan dunianya.

Saudaraku, betapa banyak potensi yang terbengkalai di sekitar kita. Mari kita manfaatkan semaksimal mungkin. Berusaha menjadi insan yang bersyukur. Berusaha terus menatap setiap peluang ...

Jumat, 25 September 2009

Penyebab Seseorang Dimasukkan Ke Dalam Neraka

Seseorang yang beriman namun melakukan kema’shiyatan, maka ia akan dimasukkan ke dalam neraka. Meskipun demikian, ia tidak akan kekal selama-lamanya di dalam neraka. Sebagaimana sabda RasuluLlah shallaLlahu alayhi wa sallam,

يَدْخُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَخْرِجُوا مِنْ النَّارِ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ فَيُخْرَجُونَ مِنْهَا قَدْ اسْوَدُّوا فَيُلْقَوْنَ فِي نَهَرِ الْحَيَاةِ فَيَنْبُتُونَ كَمَا تَنْبُتُ الْحِبَّةُ فِي جَانِبِ السَّيْلِ أَلَمْ تَرَ أَنَّهَا تَخْرُجُ صَفْرَاءَ مُلْتَوِيَة

“Akan dimasukkan penghuni syurga ke dalam syurga, dan dimasukkan pula penghuni neraka ke dalam neraka. Kemudian berfirmanlah Allah Ta’ala, “Keluarkanlah dari neraka orang-orang yang dalam hatinya ada sebesar biji sawi dari keimanan. Maka dikeluarkanlah mereka dari neraka. Sungguh mereka telah menghitam. Maka dilemparkanlah mereka ke dalam sungai kehidupan, maka tumbuhlah mereka sebagaimana tumbuhnya biji yang ditanam di pinggir sungai. Tidakkah engkau lihat biji itu keluar dari tanah dengan segar kekuning-kuningan.” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Sa’id al-Khudhry radhiyaLlahu ‘anhu)

Berikut ini sebagian penyebab seseorang dimasukkan ke dalam neraka :

Penyebab Pertama, Durhaka kepada orang tua.

Bentuk kedurhakaan kepada orang tua adalah dengan memutuskan apa-apa yang wajib mereka peroleh, baik berupa hubungan kasih sayang (silaturrahmi) maupun kebaikan.

Termasuk durhaka kepada orang tua juga adalah seseorang yang berperilaku buruk kepada keduanya dengan ucapan maupun perbuatan.

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Q.S. Al-Israa ayat 23-24)

ثَلَاثَةٌ قَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ الْجَنَّةَ مُدْمِنُ الْخَمْرِ وَالْعَاقُّ وَالدَّيُّوثُ الَّذِي يُقِرُّ فِي أَهْلِهِ الْخَبَث

“Tiga golongan yang diharamkan masuk syurga oleh Allah, (1) Pecandu khamr, (2) anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya, dan (3) ad-dayyuts, yaitu seorang kepala keluarga yang membenarkan kejelekan yang terdapat dalam keluarganya.” (Diriwayatkan oleh Imam al-Hakim dalam al-Mustadrok 'ala shohihayn)

Penyebab Kedua, Orang yang memutuskan silaturrahmi.

Yaitu seseorang yang memutuskan hubungan antar keluarga, dan tidak memberikan hak-hak mereka, baik jasmani maupun harta.

RasuluLlah shallaLlahu alayhi wa sallam bersabda,

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِع

“Tidak akan masuk syurga seorang pemutus silaturrahmi.” (Muttafaq alayhi)

Sebagian orang berdalih bahwa ia tidak menyambung silaturrahmi karena keluarganya tidak menghubunginya. Dalih seperti ini tidak dibenarkan. Karena jika seseorang baru menyambung silaturrahmi jika sudah dihubungi, itu berarti ia bersilaturrahmi karena balas jasa, bukan karena Allah.

RasuluLlah shallaLlahu alayhi wa sallam bersabda,

لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلَكِنْ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا

“Bukanlah orang yang menyambung silaturrahmi seseorang yang balas jasa. Akan tetapi penyambung silaturrahmi adalah yang menyambungkannya jika ia diputus.” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari)

Penyebab Ketiga, Memakan Riba.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir. Dan taatilah Allah dan rasul, supaya kamu diberi rahmat. (Q.S. Ali Imran ayat 130-132)

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), paka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Q.S. Al-Baqarah ayat 275)

Penyebab Keempat, Memakan harta anak yatim.

Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). (Q.S. An-Nisaa ayat 10)

Penyebab Kelima, Bersaksi dan Bersumpah Palsu

لَنْ تَزُولَ قَدَمَا شَاهِدِ الزُّورِ حَتَّى يُوجِبَ اللَّهُ لَهُ النَّار

“Kaki orang yang bersaksi palsu tidak akan bergerak pada hari kiamat sampai Allah mewajibkan neraka kepadanya.” (Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dan al-Hakim)

منَ اقتطعَ مالَ أخيِه بيمين فاجرةٍ فلْيَتَبَوَّأ مقعدَه من النارِ

“Barangsiapa yang merampas harta saudaranya dengan menggunakan sumpah palsu maka siap-siaplah tempat tinggalnya nanti di neraka.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Al-Hakim).

Penyebab Keenam, Hakim yang zhalim dan memutuskan tanpa ilmu.

الْقُضَاةُ ثَلَاثَةٌ وَاحِدٌ فِي الْجَنَّةِ وَاثْنَانِ فِي النَّارِ فَأَمَّا الَّذِي فِي الْجَنَّةِ فَرَجُلٌ عَرَفَ الْحَقَّ فَقَضَى بِهِ وَرَجُلٌ عَرَفَ الْحَقَّ فَجَارَ فِي الْحُكْمِ فَهُوَ فِي النَّارِ وَرَجُلٌ قَضَى لِلنَّاسِ عَلَى جَهْلٍ فَهُوَ فِي النَّارِ

“Hakim itu ada tiga golongan; satu di syurga, sedangkan dua lainnya di neraka. Hakim yang masuk syurga adalah yang mengetahui kebenaran dan memutuskan berdasarkan kebenaran. Hakim yang tempatnya di neraka adalah hakim yang mengetahui kebenaran, namun memutuskan dengan zhalim, dan juga hakim yang memutuskan atas dasar kebodohan.” (Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud)

Penyebab Ketujuh, Pemimpin yang menipu rakyatnya.

مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ

“Tidaklah seorang hamba diberi kekuasaan oleh Allah untuk mengurusi rakyatnya, lalu ia meninggal dalam keadaan telah menipu mereka, melainkan Allah akan mengharamkan syurga baginya.” (Muttafaq ‘Alayhi)

Penyebab Kedelapan, Penyeru kebaikan yang tidak mengerjakan kebaikan.

Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (Q.S. As-Shaff ayat 2-3)

يُجَاءُ بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُهُ فِي النَّارِ فَيَدُورُ كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ بِرَحَاهُ فَيَجْتَمِعُ أَهْلُ النَّارِ عَلَيْهِ فَيَقُولُونَ أَيْ فُلَانُ مَا شَأْنُكَ أَلَيْسَ كُنْتَ تَأْمُرُنَا بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَانَا عَنْ الْمُنْكَرِ قَالَ كُنْتُ آمُرُكُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَلَا آتِيهِ وَأَنْهَاكُمْ عَنْ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ

“Didatangkan seorang laki-laki pada hari kiamat. Dicampakkanlah ia ke dalam neraka. Disuruhlah ia berputar di dalam neraka, maka ia berputar sebagaimana berputarnya keledai di atas roda penggilingan. Maka berkumpullah seluruh penduduk neraka mengitarinya. Mereka berkata, “Wahai Fulan, apa yang terjadi padamu ? Bukankah kamu yang dahulu sering menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran ?” Maka lelaki itu menjawab, “Ya, dulu saya menyuruh kepada kebaikan namun aku tidak mengerjakannya. Dan aku mencegah kemungkaran namun aku sendiri mengerjakannya.” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari)

Penyebab Kesembilan, Seseorang yang buruk akhlaqnya.

Sebagaimana dalam hadits Nabi shallaLlahu alayhi wa sallam,

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ

“Maukah kalian aku beritahu tentang siapakah penghuni neraka ? Mereka adalah setiap orang yang kasar, bakhil dan sombong.” (Muttafaq Alayhi)

Penyebab Kesepuluh, Seseorang yang makan dan minum dari bejana emas dan perak.

«الذي يشربُ في آنية الفضةِ إنما يجرجرُ في بطنِه نارَ جهنم». وفي رواية لمسلم: «إن الَّذِي يأكل أو يَشرب في آنيةِ الذهب والفضةِ إنما يجرجرُ في بطنِه نارَ جهنمَ»

“Barangsiapa yang minum dari bejana perak, maka perutnya akan mendidih dengan api neraka jahannam.” (Muttafaq Alayhi). Dalam riwayat Muslim, “Sesungguhnya orang yang makan atau minum dari bejana emas dan perak akan mendidih perutnya dengan api neraka.”

Inilah sebagian penyebab dijerumuskannya seseorang ke dalam neraka. Semoga kita mengenalinya, agar kita dapat menjauhinya. Sehingga kita dapat selamat dari pedihnya siksa neraka dan mendapatkan kenikmatan di syurga yang kekal.

Allahumma amiin ...

Ditulis untuk Kajian Ba'da Tarawih
Masjid Mush'ab ibn Umair, Villa Bogor Indah
Malam ke27 Ramadhan 1430 H

Hamba yang butuh kepada Rabb-Nya
Muhammad Setiawan

Penyebab Seseorang Kekal di Dalam Neraka

Sesungguhnya terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seseorang di masukkan ke dalam neraka. Faktor-faktor tersebut telah dijelaskan oleh Allah Ta’ala dalam kitab-Nya dan melalui lisan Rasul-Nya yang suci, agar kita berhati-hati dan menjauhinya.

Sebab-sebab tersebut dapat dibagi menjadi dua jenis. Jenis pertama, yang menyebabkan seseorang menjadi kafir dan batal keimanannya. Sehingga jika ia mati dalam keadaan seperti itu dan tidak bertaubat, neraka lah tempat kembalinya dan kekal ia di dalamnya.

Sedangkan jenis kedua, adalah hal-hal yang tidak membatalkan keimanannya. Namun, ia telah menjadi ahlul ma’shiyah yang menyebabkan datangnya kemurkaan Allah. Sehingga jika ia mati dalam keadaan seperti itu, neraka pula tempat kembalinya meski tidak kekal di dalamnya.

Malam ini, insya Allah, kita akan membahas jenis yang pertama.

Penyebab Pertama, Syirik kepada Allah Ta’ala.

Yaitu, menjadikan sesuatu sebagai sekutu bagi Allah, baik dalam Rububiyyah-Nya, Uluhiyyah-Nya maupun Sifat-Nya. Barangsiapa meyakini bahwa selain Allah adapula yang menciptakan, mengurus dan mengatur alam semesta ini, maka ia telah syirik. Ia juga telah menyekutukan Allah jika ia meyakini ada sesuatu yang perlu disembah dan dita’ati selain Allah. Juga, ia pula telah syirik kepada Allah, jika ia meyakini ada sesuatu yang memiliki kekuasaan, ilmu dan keagungan sebesar atau melebihi Allah Ta’ala.

Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (Q.S. Al-Maidaah ayat 72)

Penyebab Kedua, Kufur kepada Allah dan hal-hal yang wajib diimani

Jika seseorang mengingkari keberadaan Allah Ta’ala, keberadaan malaikat-Nya, kebenaran Rasul-Rasul-Nya, kebenaran Kitab-Kitab-Nya, keberadaan hari kiamat, dan keadilan serta kekuasaan Allah Ta’ala dalam Qadha dan Qadar-Nya, maka sungguh ia telah kafir dan kelak ia kekal dalam neraka.

Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan Kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan Perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir). Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan. (Q.S. An-Nisaa ayat 150-151)

Sesungguhnya Allah mela'nati orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala (neraka). Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; mereka tidak memperoleh seorang pelindungpun dan tidak (pula) seorang penolong. (Q.S. Al-Ahzaab ayat 64-65)

Penyebab Ketiga, Mengingkari Kewajiban dan Menghalalkan yang Haram

Seseorang yang mengingkari kewajiban untuk men-tauhid-kan Allah, mengingkari kewajiban bersaksi akan kebenaran risalah kenabian Muhammad shallaLlahu alyhi wa sallam, mengingkari kewajiban menegakkan shalat lima waktu, menunaikan zakat dan melaksanakan haji, maka sungguh ia telah kafir. Karena ia telah mengingkari firman Allah Ta’ala dan sunnah Nabi-Nya.

Demikian pula orang yang menghalalkan syirik, membunuh jiwa yang diharamkan Allah, zina, homoseksual, khamer, dan lain-lain yang telah tegas keharamannya dalam al-Qur’an dan as-Sunnah maka sungguh ia telah kafir. Karena ia mendustakan Allah dan Rasul-Nya.

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir? (Q.S. Al-Ankaabut ayat 68)

Penyebab Keempat, Mengolok-olok (mengejek) Allah Ta’ala, Agama-Nya dan Rasul-Nya shallaLlahu alayhi wa sallam

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya Kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" Tidak usah kamu minta maaf, karena sungguh kamu telah kafir sesudah beriman. (Q.S. At-Taubah ayat 65-66)

Penyebab Kelima, Mencaci, menjelek-jelekkan, melaknat, merendahkan Allah Ta’ala, agama-Nya atau Rasul-Nya shallaLlahu alayhi wa sallam

Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah rahimahuLlah berkata, “Barangsiapa yang mencela Allah atau Rasul-Nya maka ia telah kafir baik secara lahir maupun batin. Baik ia menyakini bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang haram, ataupun menghalalkannya, ataupun tidak berkeyakinan apa-apa. Sahabat-sahabat kami berkata, “Orang itu dikafirkan, apakah itu dilakukan secara bercanda maupun serius.”

Perkataan Ibnu Taimiyyah ini juga disepakati oleh seluruh ulama’.

Penyebab Keenam, Berhukum dengan selain hukum Allah.

Seseorang yang berhukum dengan selain hukum Allah, dengan keyakinan hukum tersebut lebih benar atau lebih bermanfaat bagi umat manusia, ataupun menganggapnya setara dengan hukum Allah, maka sungguh ia telah kafir.

Barangsiapa yang tidak mengambil hukum menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (Q.S. al-Maaidah ayat 44)

Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ? (Q.S. al-Maaidah ayat 50)

Penyebab Ketujuh, Kemunafikan.

Yaitu, seseorang yang menyembunyikan kekafiran dalam hatinya, tetapi menampakkan diri seolah-olah seorang muslim, baik dalam perkataan maupun perbuatannya.

Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka, dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. (Q.S. An-Nisaa ayat 145)

Kemunafikan ini memiliki banyak tanda, diantaranya adalah :

1. Keraguan terhadap apa yang telah Allah turunkan, meski mereka menampakkan diri sebagai seorang beriman.

Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya. (Q.S. An-Nisaa ayat 45)

2. Kebencian mereka terhadap hukum Allah dan Rasul-Nya

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari Thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu. (Q.S. An-Nisaa ayat 60-61)

3. Membenci syiar-syiar Islam dan kemenangan kaum Muslimin, serta bergembira di atas kekalahan mereka.

Jika kamu mendapat suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata: "Sesungguhnya Kami sebelumnya telah memperhatikan urusan Kami (tidak pergi perang)" dan mereka berpaling dengan rasa gembira. (Q.S. At-Taubah ayat 50)

4. Senang menimbulkan fitnah dan memecah belah kaum muslimin

Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan di antara kamu; sedang di antara kamu ada orang-orang yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang zalim. (Q.S. At-Taubah ayat 47)

5. Mencintai musuh-musuh Islam dan para pemimpin orang kafir, memberi pujian kepada mereka, serta menyebarkan pemikiran mereka yang bertentangan dengan Islam.

Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui. (Q.S. al-Mujaadilah ayat 14)

6. Mengejek kaum muslimin dan mencela ibadah-ibadah mereka.

(Orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih. (Q.S. At-Taubah ayat 79)

7. Menyombongkan diri dan merendahkan kaum muslimin.

Dan apabila dikatakan kepada mereka: Marilah (beriman), agar Rasulullah memintakan ampunan bagimu, mereka membuang muka mereka dan kamu lihat mereka berpaling sedang mereka menyombongkan diri.
(Q.S. Al-Munaafiquun ayat 5)

8. Berat dalam melaksanakan shalat dan bermalas-malasan dalam mengerjakannya.

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (Q.S. An-Nisaa ayat 42)


Inilah beberapa ciri kemunafikan dan penyebab-penyebab kekalnya seseorang dalam neraka. Semoga Allah melindungi dan mensucikan jiwa kita dari sifat-sifat tersebut.

Allahumma Amiin ...

Ditulis untuk Kajian Ba'da Tarawih
Masjid Mush'ab ibn Umair, Villa Bogor Indah
Malam ke26 Ramadhan 1430 H

Hamba yang butuh kepada Rabb-Nya
Muhammad Setiawan

Melihat Neraka Di Depan Mata (Semoga Allah Menyelamatkan Kita Darinya)

Tidak ada akhir yang paling buruk dalam perjalanan kehidupan manusia kecuali jika ia dijerumuskan ke dalam neraka. Sebagaimana syurga disediakan bagi orang yang beriman dan ta’at, maka neraka telah disiapkan bagi mereka yang ingkar dan ma’shiyat. Namun, berbeda dengan syurga yang digambarkan oleh Allah dalam al-Qur’an dan Sunnah Nabi-Nya dengan penuh kenikmatan dan kegembiraan, maka neraka adalah tempat kembali yang penuh dengan kehinaan dan kesengsaraan.

Demikian hebatnya penderitaan yang akan dialami oleh seorang penduduk neraka kelak, sehingga jika ia pernah hidup dengan segala kenikmatan di dunia, maka sekejap saja di neraka dapat menghilangkan seluruh memory kenikmatan yang pernah ia kecap.

Dari Anas Ibn Malik radhiyaLlahu ‘anhu, bersabda RasuluLlah shallaLlahu alayhi wa sallam, “Didatangkanlah salah seorang penduduk neraka dari penghuni dunia yang paling besar nikmatnya saat hidup di dunia, maka ia dicelupkan sekejap saja ke dalam neraka. Kemudian ditanyalah kepadanya, “Wahai anak Adam, pernahkah engkau merasakan kebaikan sedikit saja, pernahkah engkau merasakan nikmat sedikit saja ..?” Maka ia berkata, “Demi Allah, tidak, wahai Tuhanku.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim)

Sebagian Penjelasan Al-Qur’an Tentang Keadaan di Neraka

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. (Q.S. Al-Hadiid ayat 16)

Sesungguhnya Kami menyediakan bagi orang-orang kafir rantai, belenggu dan neraka yang menyala-nyala. (Q.S. Al-Insaan ayat 4)

Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (Q.S. Al-Kahfi ayat 29)

Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, Yaitu orang-orang yang sesat. Dan Sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut syaitan) semuanya. Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka. (Q.S. Al-Hijr ayat 42-44)

Dan orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, memperoleh azab Jahannam. dan Itulah seburuk-buruk tempat kembali. Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedang neraka itu menggelegak, Hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: "Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?" (Q.S. Al-Mulk ayat 6-8)

Pada hari mereka ditutup oleh azab dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka dan Allah berkata (kepada mereka): "Rasailah (pembalasan dari) apa yang telah kamu kerjakan". (Q.S. Al-Ankaabut ayat 55)

Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut perang) itu, merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata: "Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini". Katakanlah: "Api neraka Jahannam itu lebih sangat panas(nya)" jika mereka mengetahui. (Q.S. At-Taubah ayat 81)

Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu? Dalam (siksaan) angin yang amat panas, dan air panas yang mendidih, dan dalam naungan asap yang hitam. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan. (Q.S. Al-Waqi’ah ayat 41-44)

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S. At-Tahriim ayat 6)

Sesungguhnya neraka itu melontarkan bunga api sebesar dan setinggi istana. Seolah-olah ia iringan unta yang kuning. (Q.S. Al-Mursalaat ayat 32–33)

Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Tuhan mereka. Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka, dengan air itu dihancur luluhkan segala apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit (mereka). Dan untuk mereka cambuk-cambuk dari besi. Setiap kali mereka hendak ke luar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (kepada mereka dikatakan), "Rasailah azab yang membakar ini". (Q.S. Al-Hajj ayat 19 – 22)

Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. An-Nisaa ayat 56)

Sesungguhnya pohon zaqqum itu, Makanan orang yang banyak berdosa. (Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut, Seperti mendidihnya air yang amat panas. (Q.S. Ad-Dukhaan ayat 43-46)

Di hadapannya ada Jahannam dan dia akan diberi minuman dengan air nanah, Diminumnya air nanah itu dan hampir dia tidak bisa menelannya Dan datanglah (bahaya) maut kepadanya dari segenap penjuru, tetapi dia tidak juga mati, dan dihadapannya masih ada azab yang berat. (Q.S. Ibrahim ayat 16 – 17)

Sesungguhnya orang-orang yang berdosa kekal di dalam azab neraka Jahannam. Tidak diringankan azab itu dari mereka dan mereka di dalamnya berputus asa. Dan tidaklah Kami menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. Mereka berseru: "Hai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh Kami saja". Dia menjawab: "Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini)". (Q.S. Az-Zukhruuf ayat 74 – 77)

Sebagian Penjelasan Hadits-Hadits Shahihah Tentang Keadaan di Neraka

عن أبي هريرةَ رضي الله عنه أنَّ النبيَّ صلى الله عليه وسلّم قال: « نَارُكُمْ جُزْءٌ مِنْ سَبْعِينَ جُزْءًا مِنْ نَارِ جَهَنَّمَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ كَانَتْ لَكَافِيَةً قَالَ فُضِّلَتْ عَلَيْهِنَّ بِتِسْعَةٍ وَسِتِّينَ جُزْءًا كُلُّهُنَّ مِثْلُ حَرِّهَا »

“Api kalian ini (yang dinyalakan oleh manusia), hanyalah sepertujuh puluh bagian dari api di neraka jahannam” Berkata salah seorang sahabat, “Ya RasuluLlah, api ini saja sudah cukup panas untuk kami.” Beliau shallaLlahu alayhi wa sallam melanjutkan, “Sesungguhnya api neraka masih melebihinya dengan enam puluh Sembilan bagian lagi, masing-masing bagian sama dengan panasnya api kalian ini.” (Muttafaq alayhi dari sahabat abu Hurayrah)

عن ابن عباسٍ رضي الله عنهما أنَّ النبيَّ صلى الله عليه وسلّم قال: « لَوْ أَنَّ قَطْرَةً مِنْ الزَّقُّومِ قُطِرَتْ فِي دَارِ الدُّنْيَا لَأَفْسَدَتْ عَلَى أَهْلِ الدُّنْيَا مَعَايِشَهُمْ فَكَيْفَ بِمَنْ يَكُونُ طَعَامَه »، رواه النسائيُّ والترمذيُّ وابنُ ماجة

“Sekiranya satu tetes saja dari pohon Zaqqum dijatuhkan ke negeri dunia, pastilah ia akan merusak seluruh sumber kehidupan penduduk dunia. Maka bagimana pula keadaan orang yang memakannya ?” (Diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi, an-Nasai dan Ibnu Majah)

عن النعمانِ بن بَشِيرٍ رضي الله عنه أنَّ النبيَّ صلى الله عليه وسلّم قال: « إِنَّ أَهْوَنَ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا مَنْ لَهُ نَعْلَانِ وَشِرَاكَانِ مِنْ نَارٍ يَغْلِي مِنْهُمَا دِمَاغُهُ كَمَا يَغْلِ الْمِرْجَلُ مَا يَرَى أَنَّ أَحَدًا أَشَدُّ مِنْهُ عَذَابًا وَإِنَّهُ لَأَهْوَنُهُمْ عَذَابًا »، رواه مسلم وللبخاريِّ نحوه

“Sesungguhnya penghuni neraka yang paling ringan siksanya adalah orang yang mengenakan dua sandal dari api neraka, sehingga mendidihlah otaknya, seperti mendidihnya air dalam ketel. Orang itu merasa tidak ada orang lain yang mendapat siksa lebih keras darinya, padahal siksanya adalah yang teringan. (Diriwayatkan oleh Imam Muslim, dan Bukhari dengan makna yang serupa)

وفي صحيح مسلم عن جابر بن عبدالله رضي الله عنهما أنَّ النبيَّ صلى الله عليه وسلّم قال: « كُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ إِنَّ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ عَهْدًا لِمَنْ يَشْرَبُ الْمُسْكِرَ أَنْ يَسْقِيَهُ مِنْ طِينَةِ الْخَبَالِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا طِينَةُ الْخَبَالِ قَالَ عَرَقُ أَهْلِ النَّارِ أَوْ عُصَارَةُ أَهْلِ النَّار »

“Setiap yang memabukkan itu haram. Sesungguhnya Allah azza wa jalla memiliki janji kepada orang-orang yang meminum minuman memabukkan, bahwasanya Dia akan memberi mereka minum dari Thiinatul Khabaal. Bertanya para sahabat, “Apakah Thiinatul Khabaal itu ya RasuluLlah ..?” Beliau menjawab, “Minuman dari keringat penghuni neraka atau dari perasan tubuh mereka.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim)

Sifat Neraka menurut Ibnul Jauzy

“Itulah tempat yang penghuninya dikhususkan dengan kejauhan, serta terhalangi dari keinginan dan kebahagiaan. Wajah mereka yang berseri-seri berubah menjadi hitam. Mereka dipukul dengan pemukul yang lebih kuat dari gunung. Di atasnya terdapat para malaikat yang kasar dan keras. Sekiranya kalian melihat mereka berkubang dalam air yang mendidih. Mereka dijauhkan dari rasa dingin. Mereka senantiasa bersedih, tidak pernah bergembira. Tempat tinggal mereka telah ditetapkan, dan tidak bisa ditinggalkan, mereka kekal didalamnya. Mereka menangisi masa muda yang lenyap sia-sia. Aduhai, alangkah menyesalnya mereka dengan kemarahan Sang Pencipta. Betapa besar keburukan siksa yang mereka terima. Betapa jeleknya mereka di antara para makhluk dan di hadapan para saksi. Mana hasil yang mereka kumpulkan di dunia ? Mana jerih payah mereka dari dosa ? Semua itu bagaikan mimpi belaka. Tubuh-tubuh mereka dibakar, dikembalikan lagi seperti semula, lalu dibakar kembali. Demikianlah adzab yang terus menerus, tanpa henti.”

Ya Allah, selamatkanlah kami semua dari siksa neraka.
Allahumma amin …


Ditulis untuk Kajian Ba'da Tarawih
Masjid Mush'ab ibn Umair, Villa Bogor Indah
Malam ke25 Ramadhan 1430 H

Hamba yang butuh kepada Rabb-Nya
Muhammad Setiawan

Melihat Syurga Di Depan Mata (Semoga Allah Ta’ala Menjadikan Kita Sebagai Penghuninya)

Seseorang yang tidak mengenal kemuliaan akhirat dan kekekalannya akan malas dalam beribadah. Ia menganggap dunia ini adalah negeri yang senantiasa ia tempati. Ia selalu merasa kurang terhadap apa yang telah ia miliki. Tak pernah merasa cukup mengejar dunia sehingga segala keinginannya terpenuhi.

Padahal, apa yang mereka usahakan berupa harta, anak, dan lainnya tidak pernah mendatangkan kebahagiaan yang hakiki. Bahkan, seringkali mengakibatkan kesengsaraan tiada henti.


«أمَّا بعدُ فإن الدنيا قد آذَنَتْ بِصُرْمِ ووَلَّتْ حذَّاءَ ولم يبْقَ منها إلا صُبابةٌ كصُبابةِ الإِناء يصطبُّها صاحبُها، وإنَّكُمْ منتقِلونَ منها إلى دارٍ لا زوالَ لها فانتقلوا بخير ما يَحْضُرَنكُمْ. »، رواه مسلم

Amma ba’duh. Sesungguhnya dunia telah mengumumkan bahwa ia fana’ (semu) dan tidak bermanfaat. Sesungguhnya yang tersisa dari dunia ini (dibandingkan akhirat) hanyalah seperti sisa air dalam bejana yang dituang oleh pemiliknya. Sungguh kalian akan berpindah dari dunia ini menuju suatu negeri yang tidak pernah sirna, maka pindahlah kalian dengan membawa amal yang terbaik (Khutbah sahabat ‘Utbah Ibn Ghazwan radhiyaLlahu ‘anhu, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim)

Seharusnyalah, setiap hamba menyadari bahwa sebentar lagi kematian akan menghampirinya. Kematian yang datang kepadanya secara tiba-tiba. Sehingga dengan kesadaran itu ia menginsyafi bahwa dunia dan segala keindahannya hanyalah tipuan belaka. Ia akan bersungguh-sungguh untuk mengejar ampunan Allah serta syurga yang seluas langit dan bumi, yang dijanjikan bagi orang-orang yang beriman.

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (Q.S. Ali Imran ayat 133)

Itulah syurga yang telah Allah Ta’ala jelaskan sifat-sifatnya baik dalam al-Qur’an maupun as-Sunnah.

في الصحيحين عن أبي هريرةَ رضي الله عنه أنَّ النبيَّ صلى الله عليه وسلّم قال: «قال الله عزَّ وجلَّ: أعْدَدْتُ لعبادي الصالحينَ مَا لاَ عَيْنٌ رأتْ ولا أذنٌ سمعتْ ولا خطرَ على قلب بَشَر. وأقْرَؤوا إن شئتُم {فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّآ أُخْفِىَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَآءً بِمَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ } [السجدة: 17]»

Diriwayatkan dalam shahihayn, dari Abu Hurayrah radhiyaLlahu ‘anhu, Allah Ta’ala berfirman, “Sungguh aku telah mempersiapkan bagi hamba-hambaku yang shalih apa yang belum pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah terbersit dalam hati manusia. Bacalah firman Allah, “Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (Q.S As-Sajdah ayat 17)

Perumpamaan syurga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka. (Q.S Ar-Ra’d ayat 35)

Perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada beubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak beubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam Jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya? (Q.S Muhammad ayat 15)

Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada Kami dahulu." mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya. (Q.S Al-Baqarah ayat 25)

Dalam syurga yang tinggi, tidak kamu dengar di dalamnya perkataan yang tidak berguna. Di dalamnya ada mata air yang mengalir. Di dalamnya ada takhta-takhta yang ditinggikan, dan gelas-gelas yang terletak (di dekatnya), dan bantal-bantal sandaran yang tersusun, dan permadani-permadani yang terhampar. (Q.S. Al-Ghaasyiyah ayat 10 – 16)

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan, mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka; dan Tuhan mereka memelihara mereka dari azab neraka. (Dikatakan kepada mereka): "Makan dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan", mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli. Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. Dan Kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini. Di dalam surga mereka saling memperebutkan piala (gelas) yang isinya tidak (menimbulkan) kata-kata yang tidak berfaedah dan tiada pula perbuatan dosa. Dan berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda untuk (melayani) mereka, seakan-akan mereka itu mutiara yang tersimpan. Dan sebahagian mereka menghadap kepada sebahagian yang lain saling tanya-menanya. Mereka berkata: "Sesungguhnya Kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga Kami merasa takut (akan diazab)". Maka Allah memberikan karunia kepada Kami dan memelihara Kami dari azab neraka. (Q.S at-Thuur ayat 17 – 27)

Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan". Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya". Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan. Di dalam surga itu ada buah-buahan yang banyak untukmu yang sebahagiannya kamu makan. (Q.S. Az-Zukhruf ayat 70 – 74)

Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya, dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni syurga, mereka kekal di dalamnya.(Q.S Yunus ayat 26)

Yang dimaksud dengan pahala yang terbaik adalah syurga, sedangkan tambahannya adalah anugerah melihat wajah Allah Ta’ala.

عن أبي هريرةَ رضي الله عنه قال: قُلْنَا: يا رسولَ الله حدِّثنَا عن الجنةِ ما بناؤُهَا قال: «لَبِنَةٌ ذهبٍ ولبنةٌ فضةٍ، ومِلاَطُها المسكُ، وحَصباؤها اللؤلؤُ والياقوتُ، وترابُها الزَعفرانُ، مَنْ يدخلُها ينعمُ ولا يبأسُ، ويخلُدُ ولا يموتُ، لا تَبْلَى ثيابه ولا يَفْنى شبابُه»، رواه أحمد والترمذي

Seorang sahabat pernah bertanya, “Ya RasuluLlah, ceritakanlah kepada kami tentang syurga. Bagaimana bentuk bangunannya ?” Beliau shallaLlahu alayhi wa sallam menjawab, “Batu batanya terbuat dari emas dan perak, campurannya dari minyak kesturi, kerikilnya adalah intan dan permata, dan tanahnya adalah za’faran. Orang yang memasukinya akan merasakan kenikmatan, tidak pernah merasakan kesusahan, kekal, tidak akan mati, bajunya tidak akan usang, dan masa mudanya tidak pernah berakhir.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Tirmidzi)

وعن سهلِ بنِ سعدٍ رضي الله عنه أن النبيَّ صلى الله عليه وسلّم قالَ: «في الجنةِ ثمانيةُ أبوابٍ فيها بابٌ يسمَّى الريَّانَ لا يدخلُه إلا الصائمون»، متفق عليه

Dari Sahl Ibn Sa’id radhiyaLlahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallaLlahu alayhi wa sallam bersabda, “Di dalam syurga ada delapan pintu. Salah satunya bernama ar-Rayyan. Pintu tersebut tidak dimasuki kecuali oleh orang-orang yang shaum" (Muttafaq alayh)

وعن أبي هريرة رضي الله عنه أنَّ النبي صلى الله عليه وسلّم قال: «إن في الجنةِ مئة درجةٍ أعَدَّها الله للمجاهدِين في سبيلِه بينَ كلِّ درجتين كما بينَ السماءِ والأرض. فإذَا سألتُمُ الله فأسألُوه الفِرْدوسَ فإنَّهُ وسطُ الجنة وأعلى الجنة ومنه تفجَّرُ أنهار الجنة وفوقَه عرشُ الرحمنِ»، رواه البخاريُّ

Sesungguhnya di syurga terdapat seratus derajat (tingkat). Allah mempersiapkannya bagi orang-orang yang berjihad di jalan-Nya. Jarak antara dua derajat seperti jauhnya langit dan bumi. Jika kalian meminta kepada Allah maka mintalah Syurga Al-Firdaus. Sesungguhnya ia adalah syurga yang terindah sekaligus yang tertinggi. Sungai-sungai syurga seluruhnya bersumber darinya, dan di atasnya adalah Arsy Ar-Rahman. (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari)

وفي صحيح مسلم عن أبي هريرة رضي الله عنه أنَّ النبيَّ صلى الله عليه وسلّم قال: «إنَّ أوَّلَ زُمْرَةٍ تدخلُ الجَنةَ على صُورةِ القمر ليلةَ البدْرِ، ثم الذينَ يلونَهُمُ على أشَدِّ نجمِ في السماءِ إضاءةً، ثم همْ بعَدَ ذلك منازلُ لا يتَغَوَّطُونَ، ولا يبولُونَ، ولا يمتخِطون، ولا يبصُقون، أمشاطُهُم الذهبُ، ومجامِرُهم الأُلوَّة، ورشْحُهمُ المِسْكُ، أخلاقُهم على خَلْقِ رجلٍ واحدٍ على طولِ أبيْهم آدمَ ستُون ذِراعاً»

“Sesungguhnya rombongan pertama yang akan datang ke dalam syurga seperti bulan purnama, lalu datang sesudahnya seperti bintang yang paling terang di langit. Kemudian mereka menempati tempat tinggalnya masing-masing. Mereka tidak buang air kecil, buang air besar, membuang ingus dan meludah. Sisir mereka dari emas, dupa mereka kayu gaharu, dan keringat mereka adalah kesturi. Karakter tubuh mereka sama, tinggi mereka seperti Adam alayhis salam, ayah mereka, yaitu enam puluh hasta.”


عن أبي سعيد رضي الله عنه أنَّ النبيَّ صلى الله عليه وسلّم قالَ: «إذا دخل أهل الجنةِ الجنة ينادِي منادٍ: إن لكمْ أنّ تَصِحُّوا فلا تَسْقموا أبداً وإن لكم أن تَحْيَوْا فلا تموتوا أبداً، وإنَّ لكم أن تشِبُّوا فلا تَهرموا أبداً. وإن لكم أن تنعموا فلا تبأسوا أبداً وذلك قولُ الله عز وجل: {وَنُودُواْ أَن تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ } [الأعراف: 43]».

Jika syurga telah dimasuki oleh penghuninya, maka akan ada yang berseru, “Sesungguhnya kalian akan senantiasa sehat dan tidak akan merasakan sakit selama-lamanya, kalian akan hidup dan tidak akan mati selama-lamanya, kalian akan senantiasa muda dan tidak akan tua selama-lamanya, dan kalian akan senantiasa merasakan kenikmatan dan tidak merasakan sengsara selama-lamanya. Inilah firman Allah Ta’ala, “dan diserukan kepada mereka: "ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan." (Diriwayatkan oleh Imam Muslim)

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُؤْتَى بِأَنْعَمِ أَهْلِ الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُصْبَغُ فِي النَّارِ صَبْغَةً ثُمَّ يُقَالُ يَا ابْنَ آدَمَ هَلْ رَأَيْتَ خَيْرًا قَطُّ هَلْ مَرَّ بِكَ نَعِيمٌ قَطُّ فَيَقُولُ لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ وَيُؤْتَى بِأَشَدِّ النَّاسِ بُؤْسًا فِي الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيُصْبَغُ صَبْغَةً فِي الْجَنَّةِ فَيُقَالُ لَهُ يَا ابْنَ آدَمَ هَلْ رَأَيْتَ بُؤْسًا قَطُّ هَلْ مَرَّ بِكَ شِدَّةٌ قَطُّ فَيَقُولُ لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ مَا مَرَّ بِي بُؤْسٌ قَطُّ وَلَا رَأَيْتُ شِدَّةً قَطُّ

Dari Anas Ibn Malik radhiyaLlahu ‘anhu, bersabda RasuluLlah shallaLlahu alayhi wa sallam, “Didatangkanlah salah seorang penduduk neraka dari penghuni dunia yang paling besar nikmatnya saat hidup di dunia, maka ia dicelupkan sekejap saja ke dalam neraka. Kemudian ditanyalah kepadanya, “Wahai anak Adam, pernahkah engkau merasakan kebaikan sedikit saja, pernahkah engkau merasakan nikmat sedikit saja ..?” Maka ia berkata, “Demi Allah, tidak, wahai Tuhanku.” Dan didatangkan pula penduduk syurga dari penghuni dunia yang paling menderita hidupnya di dunia, maka ia dicelupkan ke dalam syurga sekejap saja. Ditanyakanlah kepadanya, “Wahai anak Adam, pernahkah engkau merasakan penderitaan sedikit saja, pernahkah engkau merasakan kesusahan sedikit saja ..?” Maka ia berkata, “Demi Allah, tidak, wahai Tuhanku. Tidak pernah aku mengalami kesusahan dan penderitaan sedikitpun” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim).

Do'a Mohon Dimasukkan Al Jannah dan Dijauhkan dari An Naar

Diriwayatkan dari Ummul Mukminin 'Aisyah, bahwasanya Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam berdo'a:

اللهم إِنِّي أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا يُقَرِّبُ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ وَعَمَلٍ, وَأَعُوذُبِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا يُقَرِّبُ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ وَعَمَلٍ

"Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu al jannah (surga) beserta segala sesuatu yang bisa mendekatkan kepadanya dari perkataan dan perbuatan, dan aku berlindung kepada-Mu dari an nar (neraka) beserta segala sesuatu yang bisa mendekatkan kepadanya dari perkataan dan perbuatan". (HR. Ahmad, dishahihkan Asy Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah no.1542)

Ditulis untuk Kajian Ba'da Tarawih
Masjid Mush'ab ibn Umair, Villa Bogor Indah
Malam ke23 Ramadhan 1430 H

Hamba yang butuh kepada Rabb-Nya
Muhammad Setiawan

Karakteristik Penghuni Syurga Berdasarkan al-Qur’an dan As-Sunnah (Semoga Kita Termasuk dari Mereka)

Kemarin kita telah membahas kenikmatan, kesenangan dan kegembiraan dalam syurga. Demi Allah, sesungguhnya Syurga berhak menjadi tujuan bagi orang-orang yang beramal dan ajang kompetisi bagi mereka yang berlomba-lomba mengejar kebaikan, bahkan jika mereka menghabiskan seluruh usianya untuk menggapai syurga itu.

Jika kita bertanya, bagaimanakah cara mencapai syurga yang dijanjikan Allah tersebut, maka sungguh penjelasan tentang itu sudah sangat lengkap dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan Sunnah As-Shahihah.

Beberapa Karakter Penghuni Syurga Berdasarkan Al-Qur’an

Allah Ta’ala berfirman :
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan, dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (Q.S Ali Imran ayat 133-135)

Inilah beberapa sifat penghuni syurga yang disebutkan dalam ayat di atas :

1. Orang-orang yang bertaqwa
Yaitu orang yang menjaga dirinya dari adzab neraka dengan jalan melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya.

2. Orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit
Mereka menunaikan hak-hak hartanya dengan mengeluarkannya di jalan kebaikan. Menafkahi keluarga, membayar zakat, infaq dan sedekah. Bahkan kesempitan rizki tidak menghalanginya untuk tetap berinfaq.

3. Dan orang-orang yang menahan amarahnya
Mereka mampu mengendalikan dirinya saat marah. Tidak pula dengki dan melampaui batas saat marah kepada seseorang.

4. Mema'afkan (kesalahan) orang
Ia memaafkan kesalahan orang yang menzhalimi mereka. Meskipun mereka mampu untuk membalasnya. Firman Allah, “Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. Menunjukkan, maaf yang diberikan itu adalah dalam koridor kebaikan. Sehingga, kepada seseorang yang tetap saja berbuat zhalim meski telah dimaafkan, maka memberi hukuman adalah yang lebih tepat baginya.

5. Memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka
Mereka teliti terhadap kesalahan-kesalahan dirinya. Lebih teliti menilai kesalahan dirinya daripada meneliti kesalahan orang lain. Merekapun segera bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah.

6. Mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya
Taubat mereka adalah taubat yang sejati (taubatan nashuha). Taubat yang diiringi dengan rasa penyesalan dan bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan yang lalu.

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya, Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, Dan orang-orang yang menunaikan zakat, Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya (Q.S. Al-Mu’minun ayat 1 – 11)

Ayat-ayat yang mulia di atas juga menjelaskan sifat-sifat penghuni syurga :

1. Orang-orang yang beriman
Yaitu mereka yang beriman kepada Allah dan kepada hal-hal yang wajib untuk diimani. Seperti keimanan kepada malaikat-Nya, Rasul-Rasul-Nya dan takdir yang baik dan buruk. Keimanannya sempurna disertai dengan penerimaan, tunduk dan patuh, baik dalam perkataan maupun perbuatan.

2. Orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya
Saat shalat hati mereka hadir dan tubuh mereka tenang. Mereka seolah-olah sedang berdiri di hadapan Alllah Ta’ala.

3. Orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna
Mereka bertekad untuk tidak mengerjakan hal-hal yang laghwu (perkataan dan perbuatan yang tidak membawa manfaat dunia maupun agama). Waktu mereka adalah salah satu modal yang paling berharga.

4. Orang-orang yang menunaikan zakat
Mereka tidak pernah lalai dalam menunaikan zakat. Mereka meyakini bahwa harta yang mereka miliki adalah titipan dari Allah.

5. Orang-orang yang menjaga kemaluannya
Mereka tidak menempuh jalan yang keji dalam menyalurkan keinginan syahwatnya. Menjauhi zina dan pintu-pintu penghantarnya.

6. Orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
Mereka adalah orang-orang yang terpercaya dalam memegang amanah dan berusaha kuat melaksanakan janji.

7. Orang-orang yang memelihara shalatnya

Mereka melaksanakan shalat tepat waktu dengan berusaha menyempurnakan rukun dan syaratnya.

Beberapa Karakter Penghuni Syurga Berdasarkan Hadits RasuluLlah shallaLlahu alayhi wa sallam

عن أبي هريرة رضي الله عنه أنَّ النبيَّ صلى الله عليه وسلّم قال: « مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ »، رواه مسلم

“Barangsiapa yang menempuh jalan yang dengannya ia meraih satu ilmu, maka Allah akan memudahkan langkahnya menuju syurga.” (Hadits riwayat Imam Muslim dari sahabat Abu Hurayrah)

وله عنه أيضاً أنَّ النبيَّ صلى الله عليه وسلّم قالَ: « أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ فَذَلِكُمْ الرِّبَاطُ »

Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam bersabda, “Maukah kamu aku tunjukkan hal-hal yang dapat menghapuskan kesalahanmu dan mengangkat derajatmu (di syurga) ?” Para sahabat menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah” Beliau bersabda, “Sempurnakanlah wudhu meski di waktu-waktu yang sulit, perbanyaklah langkah ke masjid, dan tunggulah shalat berikutnya setelah melaksanakan satu shalat.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Abu Hurayrah)

عَنْ أُمِّ حَبِيبَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّي لِلَّهِ كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيضَةٍ إِلَّا بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ أَوْ إِلَّا بُنِيَ لَهُ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

Dari Ummu Habibah ra, ia berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam bersabda, ‘Tidaklah seorang hamba muslim melaksanakan Shalat sunnah (bukan fardhu) karena Allah, sebanyak dua belas rakaat setiap harinya, kecuali Allah akan membangunkan sebuah rumah untuknya di Surga’.” (HR Muslim).

عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ بَنَى مَسْجِدًا مِنْ مَالِهِ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ

Dari Ali Ibn Abi Thalib radhiyaLlahu 'anhu ia berkata, "Telah bersabda Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam, "Barangsiapa yang membangun sebuah masjid dari hartanya, Allah Ta'ala akan membangunkan untuknya sebuah rumah di syurga."(HR An-Nasa'i)

عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَاتَ وَلَدُ الْعَبْدِ قَالَ اللَّهُ لِمَلَائِكَتِهِ قَبَضْتُمْ وَلَدَ عَبْدِي فَيَقُولُونَ نَعَمْ فَيَقُولُ قَبَضْتُمْ ثَمَرَةَ فُؤَادِهِ فَيَقُولُونَ نَعَمْ فَيَقُولُ مَاذَا قَالَ عَبْدِي فَيَقُولُونَ حَمِدَكَ وَاسْتَرْجَعَ فَيَقُولُ اللَّهُ ابْنُوا لِعَبْدِي بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَسَمُّوهُ بَيْتَ الْحَمْدِ

Dari Abu Musa al-Asy'ari' radhiyaLlahu 'anhu, sesungguhnya Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam bersabda, "Apabila wafat anak seorang hamba, maka Allah akan berfirman kepada paa malaikat, "Apakah kalian telah mengambil anak hambaKu?" Maka mereka berkata, "Ya". Allah berfirman lagi, "Apakah engkau telah mengambil buah hatinya." Mereka berkata, "Ya". Maka Allah berfirman, "Apa yang diucapkan oleh hambaku?" Maka mereka berkata, "Ia memujiMu dan mengembalikan urusan kepadaMu." Maka Allah berfirman kepada para malaikat, "Bangunkan untuk hambaku sebuah rumah di syurga dan namakan rumah itu baytul hamd" (HR Tirmidzi, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam kitab Silsilah Shohih)

عن عروة بن الزبير قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : (من سد فرجة في صف رفع الله بها درجة أو بنى له بها بيتا في الجنة)

"Barangsiapa yang mengisi kekosongan dalam shaf, Allah akan mengangkat derajatnya satu tingkat dan membangunkan untuknya sebuah rumah di syurga." (HR. Ibnu Abi Syaibah, dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam kitab Silsilah Shohih)

وعن أبي هريرة رضي الله عنه أنَّ النبيَّ صلى الله عليه وسلّم سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ ، رواه الترمذيُّ وابنُ حِبَّانَ في صحيحه

Nabi shallaLlahu alayhi wa sallam pernah ditanya mengenai amal yang paling banyak memasukkan orang ke dalam syurga. Maka beliau shallaLlahu alayhi wa sallam menjawab, “Taqwa kepada Allah dan akhlaq yang indah.” (Diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dan Ibnu Hibban dari sahabat Abu Hurayrah)

وعن عياض بن حمارٍ المجاشعيِّ أنَّ النبيَّ صلى الله عليه وسلّم قال: « أَهْلُ الْجَنَّةِ ثَلَاثَةٌ ذُو سُلْطَانٍ مُقْسِطٌ مُتَصَدِّقٌ مُوَفَّقٌ وَرَجُلٌ رَحِيمٌ رَقِيقُ الْقَلْبِ لِكُلِّ ذِي قُرْبَى وَمُسْلِمٍ وَعَفِيفٌ مُتَعَفِّفٌ ذُو عِيَالٍ »، رواه مسلم في حديث طويل

“Penghuni syurga ada tiga golongan: (1) Penguasa yang adil, suka bersedekah dan mendapat tawfiq (tindakannya sesuai dengan syari’at Allah), (2) Seseorang yang penyayang dan memiliki hati yang lembut kepada setiap karib kerabat, (3) Seorang muslim yang senantiasa menjaga kehormatannya dan tidak meminta-minta meskipun ia memiliki tanggungan nafkah yang banyak.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat ‘Iyadh ibn Himar al-Mujasyi’i)


Inilah sebagian sifat-sifat penduduk syurga yang dijelaskan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Kita berdo’a kepada Allah, agar Dia mempermudah kita dalam melaksanakan amal-amal tersebut, dan menjadikan kita istiqamah dalam mengerjakannya hingga kematian menjemput kita.

Allahumma amin ...

Ditulis untuk Kajian Ba'da Tarawih
Masjid Mush'ab ibn Umair, Villa Bogor Indah
Malam ke24 Ramadhan 1430 H

Hamba yang butuh kepada Rabb-Nya
Muhammad Setiawan

Sabtu, 29 Agustus 2009

Membangun Rumah di Syurga

Beberapa tahun ini spanduk iklan perumahan baru makin marak saja di daerah saya. Maklumlah, daerah tempat saya tinggal ini masih terhitung pinggiran metropolitan. Jadi, orang-orang yang sudah tidak tertampung lagi tinggal di ibukota banyak yang memilih tinggal di daerah ini. Yah, termasuk saya .. Hehehe ...

Logikanya demand and suply saja. Ada permintaan pasti ada penawaran. Macam-macam juga upaya developer untuk menarik minat calon pembeli rumah lewat iklan-iklannya. Ada yang memberi diskon DP. Ada yang memperpanjang masa cicilan. Bahkan, ada juga yang sampai menjanjikan hadiah langsung. Walaupun begitu, semuanya memiliki satu kesamaan. Bayar rumahnya boleh menyicil! Meskipun bisa membayar tunai, developer tetap saja lebih suka kita bayarnya menyicil. Entahlah, mungkin lebih menguntungkan buat developer kalau dicicil yah ...?

Maka, ramai-ramailah orang-orang berupaya untuk memiliki rumah idaman. Menyisihkan uang gaji sepeser demi sepeser setiap bulan agar cicilan bisa terus ditutupi. Kadang-kadang bahkan sampai tidak rasional lagi. Gaji yang tidak seberapa dipotong 50% lebih untuk menutupi cicilan rumah. Belum lagi, cicilan kendaraan, elektronik, dlsb.

Saat orang sibuk memikirkan rumah di dunia, pernahkah kita memikirkan bagaimana tempat tinggal kita nanti di akhirat ...? Apa yang menjadi tempat tinggal kita nanti di akhirat ...? Padahal, tempat tinggal kita yang abadi adalah di sana. Itulah kampung kita sebenarnya, kampung akhirat.


Wa lal aakhiratu khayrun wa abqaa

Dan sungguh akhirat itu lebih baik dan lebih kekal (surat al-A'la ayat 17)

Adalah seorang permaisuri dari salah satu raja terbesar dalam sejarah. Asiah sang permaisuri Fir'aun. Perhiasan dan semua barang mewah ada di genggamannya. Istana yang luas dan megah dimilikinya. Namun, ia risau. Apakah istana pula kediamannya nanti di akhirat ...? Karena itu ia berdo'a. Do'a yang diabadikan dengan indah dalam al-Qur'an.

Dan Allah membuat isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah Aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah Aku dari kaum yang zhalim.(AtTahriim ayat 11)


Membaca do'a itu, saya terinspirasi untuk mencari hadits-hadits yang shohih mengenai cara mendapatkan rumah di syurga kelak. Inilah beberapa hadits yang saya temukan tersebut. Mari kita renungi bersama.

1. Shalat sunnah 12 raka'at

عَنْ أُمِّ حَبِيبَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّي لِلَّهِ كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيضَةٍ إِلَّا بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ أَوْ إِلَّا بُنِيَ لَهُ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

Dari Ummu Habibah ra, ia berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam bersabda, ‘Tidaklah seorang hamba muslim melaksanakan Shalat sunnah (bukan fardhu) karena Allah, sebanyak dua belas rakaat setiap harinya, kecuali Allah akan membangunkan sebuah rumah untuknya di Surga’.” (HR Muslim).

Shalat sunnah yang dimaksud dalam hadits ini, sebagaimana dijelaskan oleh Imam an-Nawawi adalah sholat sunnah rawatib. Yaitu, dua rakaat sebelum shubuh. Empat raka'at sebelum dzuhur dan dua raka'at sesudahnya. Dua raka'at sesudah maghrib. Serta, dua raka'at sesudah isya.

2. Membangun Masjid

مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ بَنَى اللَّهُ لَهُ فِي الْجَنَّةِ مِثْلَهُ

"Barangsiapa yang membangun masjid karena Allah, maka Allah akan membangunkan yang serupa dengannya di surga.” (HR Muslim)

عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ بَنَى مَسْجِدًا مِنْ مَالِهِ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ

Dari Ali Ibn Abi Thalib radhiyaLlahu 'anhu ia berkata, "Telah bersabda Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam, "Barangsiapa yang membangun sebuah masjid dari tangannya, Allah Ta'ala akan membangunkan untuknya sebuah rumah di syurga."(HR An-Nasa'i)

3. Bersabar dengan kematian anak

عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَاتَ وَلَدُ الْعَبْدِ قَالَ اللَّهُ لِمَلَائِكَتِهِ قَبَضْتُمْ وَلَدَ عَبْدِي فَيَقُولُونَ نَعَمْ فَيَقُولُ قَبَضْتُمْ ثَمَرَةَ فُؤَادِهِ فَيَقُولُونَ نَعَمْ فَيَقُولُ مَاذَا قَالَ عَبْدِي فَيَقُولُونَ حَمِدَكَ وَاسْتَرْجَعَ فَيَقُولُ اللَّهُ ابْنُوا لِعَبْدِي بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَسَمُّوهُ بَيْتَ الْحَمْدِ

Dari Abu Musa al-Asy'ari' radhiyaLlahu 'anhu, sesungguhnya Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam bersabda, "Apabila wafat anak seorang hamba, maka Allah akan berfirman kepada paa malaikat, "Apakah kalian telah mengambil anak hambaKu?" Maka mereka berkata, "Ya". Allah berfirman lagi, "Apakah engkau telah mengambil buah hatinya." Mereka berkata, "Ya". Maka Allah berfirman, "Apa yang diucapkan oleh hambaku?" Maka mereka berkata, "Ia memujiMu dan mengembalikan urusan kepadaMu." Maka Allah berfirman kepada para malaikat, "Bangunkan untuk hambaku sebuah rumah di syurga dan namakan rumah itu baytul hamd" (HR Tirmidzi, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam kitab Silsilah Shohih)

4. Masuk ke dalam pasar dengan berdzikir

عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَالَ فِي السُّوقِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ حَيٌّ لَا يَمُوتُ بِيَدِهِ الْخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ أَلْفَ أَلْفِ حَسَنَةٍ وَمَحَا عَنْهُ أَلْفَ أَلْفِ سَيِّئَةٍ وَبَنَى لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ


Barangsiapa yang masuk ke dalam pasar sambil berkata, "La ilaha illa Llah ....." Allah akan mencatat baginya 1000 kebaikan, dan menghapus darinya 1000 kesalahan dan membangunkan untuknya sebuah rumah di syurga. (HR Tirmidzi, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam kitab Shohih wa Dhoif Sunan Tirmidzi)

5. Merapatkan shaf

عن عروة بن الزبير قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : (من سد فرجة في صف رفع الله بها درجة أو بنى له بها بيتا في الجنة)

"Barangsiapa yang mengisi kekosongan dalam shaf, Allah akan mengangkat derajatnya satu tingkat dan membangunkan untuknya sebuah rumah di syurga." (HR. Ibnu Abi Syaibah, dishohihkan oleh Syaik Al-Albani dalam kitab Silsilah Shohih)

6. Membaca al-Ikhlash 10 x

عَنْ سَهْلِ بن مُعَاذِ بن أَنَسٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَن ْرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:"مَنْ قَرَأَ:"قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ"[الإخلاص آية 1] عَشْرَ مَرَّاتٍ بنى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ"

Barangsiapa yang membaca "Qul huwa Allahu ahad" 10 kali Allah akan membangunkan untuknya sebauh rumah di Syurga (HR. Thabrani, dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam kitab Shohih wa dhoif jami' shogir)

7. ٍShaum, menjenguk orang sakit dan mengantar jenazah

عن عائشة ، أن النبي صلى الله عليه وسلم قال لأصحابه : « أيكم أصبح صائما ؟ » قال أبو بكر : أنا قال : « أيكم عاد مريضا ؟ » ، قال أبو بكر : أنا ، قال « أيكم شيع جنازة ؟ » ، قال أبو بكر : أنا ، فقال النبي صلى الله عليه وسلم « هنيئا ، من كملت له هذه ، بنى الله له بيتا في الجنة »

Sesungguhnya Nabi shallaLlahu alayhi wa sallam berkata kepada sahabat-sahabatnya, "Siapakah diantara kalian yang shaum pada hari ini ?" Berkata Abu Bakar radhiyaLlahu 'anhu, "Saya." Bersabda Nabi shallaLlahu alayhi wa sallam lagi, "Siapakah diantara kalian yang menjenguk orang sakit pada hari ini ?" Berkata Abu Bakar radhiyaLlahu 'anhu, "Saya." Bersabda Nabi shallaLlahu alayhi wa sallam lagi, "Siapakah diantara kalian yang mengantar jenazah pada hari ini ?" Berkata Abu Bakar radhiyaLlahu 'anhu, "Saya." Bersabda Nabi shallaLlahu alayhi wa sallam, "Barangsiapa yang mengerjakan itu semua, Allah Ta'ala akan membangunkan untuknya rumah di Syurga."(HR. At-Thabrani)

Jumat, 28 Agustus 2009

Mengharap Syafa'at dari Shaum dan Al-Qur'an

Bayangkanlah, saat itu telah tiba. Tubuh yang telah hancur disatukan lagi oleh Allah. Berdiri kita sendiri-sendiri. Berjalan ke padang mahsyar. Dihadapkan kepada Mizan. Ditimbanglah seluruh amal.

Batin menangis. Dada bergemuruh. Ya Allah, amal ibadahku tak sebanding dengan dosaku ... Terbayang kecelakaan di depan mata. Yaaa laytaniii kuntu turooba .. Duhai celakanya diriku, alangkah baiknya jika aku menjadi tanah saja. Tak perlu dihisab. Tak perlu mempertanggung jawabkan amal.

Saat diri telah putus harapan, datanglah dua makhluk yang sangat indah. Tubuhnya berkilau cahaya. Aromanya harum semerbak. Kata-katanya jelas dan tegas. Mereka berkata, "Izinkan kami menolongnya, Ya Rabb... Izinkan kami memberi syafa'at padanya.."

SubhanaLlah ... itulah Qur'an dan Shaum, yang kita kerjakan tahun ini. Semoga Allah menerima amal yang compang-camping ini. Amin ...

Dari Abdullah ibn Amr radhiyaLlahu 'anhuma ia berkata, "Telah bersabda RasuluLlah shallaLlahu alayhi wa sallam, "Shaum dan al-Qur'an akan memberikan syafa'at kepada seorang hamba di hari kiamat kelak. Shaum akan berkata, "Ya Rabb-ku, aku telah mencegahnya dari makan dan syahwat, maka jadikanlah aku pemberi syafa'at baginya." Al-Qur'an pun berkata, "Ya Rabb ku, aku telah mencegahnya tidur pada malam hari, maka jadikanlah aku pula pemberi syafa'at padanya." Maka beliau shallaLlahu alayhi wa sallam melanjutkan sabdanya, "Keduanya pun diizinkan untuk memberi syafa'at"


Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, at-Thabrani dan al-Hakim. Imam al-Hakim berkata, "Hadits ini shahih berdasarkan syarat Imam Muslim)

Catatan :
Hadits ini menjadi salah satu rujukan dalam aqidah seorang muslim, bahwa sebagian amal-amal ibadah kita ada yang dapat berubah menjadi makhluk yang dapat dilihat nanti di hari kiamat (tajsidul 'amal)
Hadits ini juga menjelaskan bahwa amal ibadah kita khususnya shaum dan al-Qur'an bisa menjadi pemberi syafa'at di hari kiamat.

Besok Khutbah Jum'at di Ciparigi

Tidak terasa, malam makin larut. Sebentar lagi pukul 2 dini hari. Mau tidur, tanggung banget. Sebentar lagi sahur. Mungkin baca Qur'an, sambil nunggu sahur lebih baik yah ..? Atau, nonton film yang baru didownload tadi ...? Hemmm, pilihan-pilihan yang menarik. Inilah hidup. Penuh dengan pilihan. Masa depan kitapun ditentukan oleh pilihan kita di masa lalu dan sekarang.

Oh, iya. Besok aku ada tugas mengisi khutbah di masjid Mush'ab Ibn Umair Ciparigi Bogor. Angkat tema apa yah ..? Permintaan DKM sih tentang mentadabburi al-Qur'an. Kelihatannya perlu baca-baca dulu nih. Sambil menghafal lagi beberapa ayat dan hadits.

Semoga dipermudah. Semoga juga menjadi nasihat kepada diri sendiri.
Amin.

Kamis, 27 Agustus 2009

apa yang kau mau setiawan ?

Apa yang kau mau ...? Itu pertanyaan yang mudah diucapkan tapi sulit untuk dijawab. Sama hal dengan pertanyaan yang sering diajukan kepada kita, saat kita masih kanak-kanak, "Mau jadi apa kalau sudah besar ...?"

Jawaban yang paling lazim untuk pertanyaan itu biasanya, jadi dokter! Atau, pilot! Atau, tentara! Ah... kenapa sampai sekarang anak-anak kita pun jawabannya masih seperti itu. Apa mungkin, karena selama ini hanya profesi itu yang diperkenalkan kepada anak-anak kita. Atau, karena profesi itulah yang paling realistik dalam benak anak-anak.

Kembali ke pertanyaan semula di atas. Apa yang kau mau ...? Aku mau bahagia. Itu jelas. Tapi, dengan apa aku bisa bahagia ? Hemmm... nampaknya banyak yang bisa membuat aku dan anda bahagia. Tapi baiklah, kita mulai saja memungut mutiara kebahagiaan itu satu persatu. Lalu kita rangkai ia dalam tali kehidupan.

Semoga tercipta segera kalung kebahagiaan itu. Dan ia terus berada di leher sampai kita menutup mata.

Amin ..