Nasehat Ilahi

Sabtu, 10 Oktober 2009

Mudahnya Menerjemahkan Al-Qur'an



Ide ini sebenarnya telah muncul lebih dari 15 tahun yang lalu. Ketika saya masih duduk di bangku sekolah Tsanawiyyah. Awalnya, saya tertarik sekali saat membaca kitab Fathurrahman. Kitab ini adalah kitab indeks al-Qur'an. Sehingga kalau kita ingin mencari ayat tertentu dalam al-Qur'an cukup kita cari saja melalui akar katanya. Misalnya kita ingin tahu ayat "alhamduliLlahi robbil 'alamin" itu ada di ayat berapa. Maka kita cari lah akar kata dari "alhamdu" yaitu "hamida". Ketemulah ayat itu di al-Qur'an di surat apa dan ayat berapa.

Saat membuka-buka kitab Fathurrahman itu, saya menemukan fakta, bahwa ternyata banyak sekali ayat-ayat al-Qur'an yang berasal dari akar kata yang sama. Sangat banyaknya sehingga kesimpulan kasar saya adalah, kalau saja kita bisa menghafal 300 kata saja dalam al-Qur'an bersama dengan cara perubahan katanya, maka kita bisa menerjemahkan hampir 75% dari ayat-ayat Al-Qur'an.

Yang dimaksud dengan perubahan kata itu contohnya, kalau di bahasa Indonesia, seperti berubahnya kata aktif "memakan" jadi kata pasif "dimakan". Akarnya kan tetap sama tuh .. yaitu kata "makan".

Dari ide itulah, dulu, saya sempat mengumpulkan kata-kata terbanyak yang muncul dalam al-Qur'an dengan bantuan kitab Fathurrahman. Tapi, seiring dengan kesibukan belajar waktu Tsanawiyyah (dulu saya sempat sekolah dua kali sehari, Tsanawiyyah paginya dan SMP Negeri kalau siang) akhirnya catatan itu tidak terselesaikan.

Setelah sekian belas tahun, beberapa bulan belakangan ini, keinginan untuk menyelesaikan tulisan itu kembali muncul. Keinginan itu muncul saat menyadari bahwa seringkali kita belajar Islam tidak abjadiyyah (berurut). Tidak dari "alif", kemudian "ba", kemudian "ta" dan seterusnya.

Sehingga seringkali ada saja di antara kita yang fasih berbicara mengenai fiqhud da'wah tapi berantakan saat diminta menjelaskan bagaimana cara tayammum yang benar. Ada pula yang semangat berbicara perbedaan dalam fiqh ibadah tapi bingung saat ditanya mengenai perbedaan Nabi dan Rasul.

Fenomena ini saya kira, berasal dari belajar agama yang tidak abjadiyyah tadi. Belajar agama yang tidak dimulai dari hal-hal yang paling penting dan mendasar. Menurut saya belajar bahasa Arab, setidaknya untuk memahami Al-Qur'an, termasuk hal yang penting dan mendasar itu tadi. Selain tentu saja mengkaji Aqidah, dasar-dasar kayfiyat (tata cara) ibadah, prinsip-prinsip akhlaq dan membaca al-Qur'an yang benar (sesuai tajwid).

Karena itu, sekarang saya sedang bersemangat untuk menyelesaikan tulisan saya mengenai cara mudah menerjemahkan al-Qur'an. Beberapa orang teman juga terus ngipas-ngipasin agar tulisan ini cepat selesai. Untuk itu kalau ada sahabat-sahabat yang punya ide untuk melengkapi tulisan ini saya mohon bantuannya yah .. Mohon doanya juga biar saya tidak males menyelesaikan tulisan ini.

Salam.

Tidak ada komentar: