Nasehat Ilahi

Senin, 27 September 2010

Urgensi Mempelajari Sirah Sahabat RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam





Kajian kita saat ini tentang sirah sahabat RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam. Atau, lebih fokusnya lagi pada tema, "Mengapa kita perlu mengkaji sirah sahabat RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam ?" Kita akan mengkaji sebuah generasi yang hidup 1400 tahun yang lalu. Sebuah generasi yang hidup jauh di belakang kita. Barangkali banyak orang yang berkata, "Kenapa kita perlu mengkaji sirah sahabat RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam ?"


Bukankah saat ini kita hidup pada zaman yang lebih maju peradabannya dibandingkan dengan mereka. Bukankah ilmu pengetahuan kita saat ini jauh lebih tinggi dibandingkan mereka. Bukankah mereka masih hidup dengan cara yang sangat terbelakang. Mereka hidup di padang pasir. Mereka hidup di zaman onta. Mereka hidup tanpa teknologi, sedangkan kita saat ini hidup dengan kemajuan budaya kita, teknologi kita, pengetahuan kita. Tetapi mengapa kita masih diminta mengkaji umat yang hidup 1400 tahun lebih di belakang kita.


Ini adalah sebuah pertanyaan yang sering dilontarkan. Bahkan di antara kaum muslimin sendiri ada yang mengatakan tidak perlu kita mengkaji sirah shahabat, cukuplah pedoman kita al-Qur'an dan As-Sunnah saja.


Mereka berkata,

هم رجال و نحن رجال


Mereka mengatakan, "Mereka (sahabat) adalah yang hidup pada zamannya, demikian juga kita manusia yang hidup pada zamannya. Tidak peru kita mengkaji kehidupan mereka."

Ini tentu saja suatu pendapat yang salah dan tidak dapat dibenarkan. Bukankah Allah dan Rasul-Nya memerintahkan kita untuk mengkaji bagaimana para sahabat RasuluLlah itu hidup.


Paling tidak ada dua alasan penting yang mengharuskan kita untuk mengkaji sirah sahabat RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam.


Pertama. Generasi sahabat RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam, adalah satu-satunya generasi yang sejak diutusnya risalah ini sampai kepada akhir zaman yang mendapat tazkiyyah dari Allah Ta'ala dan Rasul-Nya. Mendapatkan gelar-gelar kebaikan langsung dari Allah dan Rasul-Nya. Dan kita tidak akan pernah mendapatkan sebuah generasipun sampai akhir zaman yang langsung mendaaptkan gelar-gelar kebaikan, pengakuan-pengakuan atas kesucian dan kebaikan mereka sebagaimana generasi para sahabat RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam ini.


Boleh jadi, saat ini kita melihat seorang yang baik, seseorang yang sering pergi ke mesjid, berjihad di jalan Allah, banyak berinfaq, banyak bershadaqah, seseorang yang tampak jujur, baik akhlaqnya. Boleh jadi kita melihat secara zhahir orang yang demikian itu lantas kita mengatakan, insya Allah si fulan dengan akhlaqnya yang demikian, dengan jihadnya yang demikian, dengan aqidahnya yang lurus, dengan semuanya itu, kita mengatakan, "insya Allah si fulan adalah orang yang baik." Kita mengatakan, "insya Allah si fulan itu adalah orang yang dimuliakan oleh Allah." Tetapi kita tidak dapat memastikan, bahwa si fulan pasti orang yang baik di hadapan Allah Ta'ala. Kita tidak dapat memastikan bahwa si fulan adalah ahlul jannah. Si fulan adalah orang yang sangat dirahmati dan dimuliakan oleh Allah. Kita tidak bisa memastikan itu. Demikianlah menurut aqidah ahlu sunnah wal jama'ah. Bahwa kepastian akan baiknya seseorang baru dapat kita lakukan setelah mendapat informasi langsung dari Allah dan RasulNya. Sejak berakhirnya wahyu yang turun kepada RasuluLlah shallaLlahu alayhi wa sallam, maka tidak ada lagi seseorang yang bisa kita pastikan kemuliaannya di hadapan Allah Ta'ala.


Pernah dalam suatu kejadian, seorang sahabat RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam yang bernama Utsman ibn Mazh'un, beliau adalah seorang muhajirin yang pertama meninggal di kota Madinah. Beliau meninggal di rumah seorang Anshar yaitu Ummul 'Ala'. Setelah beliau meninggal, Ummul 'Ala' menceritakan dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dari jalan seorang sahabat yang bernama Kharijah ibn Zaid bin Tsabit. Saat Utsman ibn Mazh'un ini meninggal, Ummul 'Ala' memujinya,


رَحْمَةُ اللَّهِ عَلَيْكَ أَبَا السَّائِبِ فَشَهَادَتِي عَلَيْكَ لَقَدْ أَكْرَمَكَ اللَّهُ


"Semoga Allah merahmatimu, wahai Abu Saib. Sesungguhnya aku telah menjadi saksi bahwa Allah telah memuliakanmu."


Mendengar itu RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam langsung menegur Ummul 'Ala',

وَمَا يُدْرِيكِ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَكْرَمَهُ

"Dari mana engkau tahu bahwa Allah Ta'ala telah memuliakannya ..?"


Hal ini menjadi pelajaran. Bukan RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam ingin merendahkan derajat Utsman ibn Mazh'um. Tidak. Tetapi, RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam ingin memberikan pelajaran kepada umat ini, bahwa kita tidak boleh mensucikan derajata seseorang di hadapan Allah Ta'ala, kecuali jika telah datang informasi dari Allah dan Rasul-Nya.

Ini adalah sesuatu yang dimaklumi dalam dien kita. Kita tidak bisa mengatakan seseorang itu baik. Atau suatu generasi itu baik di hadapan Allah, kecuali ada informasi langsung dari Allah dan Rasul-Nya.


Dalam sebuah ayat Al-Qur'an, surat al-Fath ayat 18, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,

لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا (18)


Pada ayat ini Allah subhanahu wa ta'ala mengatakan, bahwa Allah telah ridha kepada orang-orang mu'min yang berbai'at di bawah syajarah. Kemudian Allah mengatakan lagi setelah Allah ridha, Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka. Allah mengetahui bahwa mereka adalah orang-orang yang ikhlash. Allah mengetahui bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki kemunafikan dalam hati mereka. Orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam berjihad. Itu semua langsung pengakuan dari Allah subhanahu wa ta'ala. Dan Allah turunkan ketentraman dan juga janjikan kemenangan kepada mereka.


Ayat ini diturunkan bukan kepada 1 atau 2 orang. Bukan hanya kepada Abu Bakar dan Umar. Bukan hanya kepada Utsman dan Ja'far, dan juga sahabat-sahabat besar. Tetapi bukan main. Ayat ini diturunkan kepada 1400 orang yang berbai'at secara bersamaan. Bayangkan 1400 orang yang langsung mendapatkan pengakuan dari Allah subhanahu wa ta'ala. Allah mengetahui hati mereka. Kebersihan hati mereka. Kebaikan hati mereka.


Sehingga kita bisa mengatakan bahwa 1400 orang yang berbai'at di bawah pohon itu merupakan orang-orang yang mendapatkan tempat khusus di hadapan Allah Ta'ala. Hal seperti ini tidak bisa kita kepada generasi setelahnya.


Dalam ayat yang lain, surat At-Taubah ayat 117.

لَقَدْ تَابَ اللَّهُ عَلَى النَّبِيِّ وَالْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ فِي سَاعَةِ الْعُسْرَةِ مِنْ بَعْدِ مَا كَادَ يَزِيغُ قُلُوبُ فَرِيقٍ مِنْهُمْ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ إِنَّهُ بِهِمْ رَءُوفٌ رَحِيمٌ (117)

Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang muhajirin dan orang-orang anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka.


Allah subhanahu wa ta'ala telah menerima taubat orang-orang yang telah ikut perang Tabuk. Kepada siapa ..? Apakah kepada 1 atau 2 orang ? Tidak. Hal ini ditujukan kepada 30.000 orang. 30.000 orang sahabat yang Allah telah nyatakan menerima taubat mereka.


Kita telah melihat dua contoh ayat ini saja betapa para sahabat ini kedudukannya luar biasa di hadapan Allah dan RasulNya. Kedudukan ini tidak akan kita dapatkan hingga akhir zaman.

Itulah sebabnya kita perlu mengkaji sirah sahabat radhiyyaLlahu 'anhum. Mengapa ? Karena mereka adalah satu-satunya generasi yang kita tahu secara pasti, bahwa mereka adalah golongan yang bersih. Pasti mereka adalah golongan yang cemerlang. Pasti bukan golongan yang nifaq. Kepastian ini kita dapat dari Allah dan RasulNya. Ini adalah alasan pertama mengapa kita mengkaji sirah sahabat RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam.


Kemudian alasan yang kedua adalah, karena mereka al-jaylul mukhtar 'indaLlah. Mereka adalah generasi yang dipilih oleh Allah subhanahu wa ta'ala untuk dijadikan model bagi manusia. Generasi yang sengaja dibangkitkan dan dimunculkan oleh Allah Ta'ala untuk menemani Rasulullah shallaLlahu 'alayhi wa sallam. Dan menjadi contoh sampai akhir zaman bagaimana suatu komunitas mengaplikasikan Islam.


Dalam suatu hadits riwayat imam Ahmad dari 'Ubadah Ibn Shamit radhiyaLlahu 'anhu. Suatu ketika RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam bepergian bersama para sahabat. Kemudian mereka beristirahat di suatu tempat. Dan ketika samapi di suatu tempat, biasanya para sahabat itu akan menempatkan Nabi shallaLlahu 'alayhi wa sallam di tengah-tengah mereka, untuk memulyakan dan menjaga Nabi.


Ketika mereka bangun tengah malam, mereka tidak mendapatkan Nabi di tengah-tengah mereka. Sehingga mereka kemudian bingung mencari dimana RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam. Dimana keberadaan RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam. Mereka cari di sekitarnya, tapi mereka tidak mendapatkannya. Mereka kemudian menyalahkan diri mereka. Mereka berkata, "Jangan-jangan RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam pergi karena kekurangan-kekurangan yang ada pada diri kita. Kejelekan-kejelekan yang ada pada diri kita yang membuat Allah subhanahu wa ta'ala murka kepada kita, dan mengangkat Nabi shallaLlahu 'alayhi wa sallam dari tengah-tengah kita. Kemudian Allah meletakkan Nabi shallaLlahu 'alayhi wa sallam di tengah-tengah kelompok yang lain, dengan sahabat yang lain, yang lebih baik daripada kita." Mereka berfikir seperti itu. Ketika mereka berfikir seperti itu, tiba-tiba nabi shallaLlahu 'alayhi wa sallam muncul kembali di tengah-tengah mereka. Sehingga mereka bergembira luar biasa dan bertakbir. Mereka berkata kepada RasuluLlah, "Ya RasuluLlah sesungguhnya kami takut kalau-kalau Allah Ta'ala memilih sahabat lain selain kami bagimu."

أَشْفَقْنَا أَنْ يَكُونَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى اخْتَارَ لَكَ أَصْحَابًا غَيْرَنَا


Maka, ketika mendengar ini RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam bersabda,

لَا بَلْ أَنْتُمْ أَصْحَابِي فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ


"Tidak, bahkan kalian adalah sahabatku di dunia dan akhirat, yag telah dipilih oleh Allah Ta'ala untuk mendampingiku di dunia dan akhirat."

Demikianlah, mereka adalah sebuah generasi yang sengaja dihadirkan oleh Allah Ta'ala untuk menemani dan mendampingi perjuangan RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam. Sebagaimana Allah juga menghadirkan hawariyyin kepada Isa Ibn Maryam alayhi salam, sebagaimana itu pula Allah subhanahu wa ta'ala memilih para sahabat untuk mendampingi RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam. Inilah alasan yang kedua.


Alasan yang pertama tadi adalah karena mereka golongan yang mendapatkan kedudukan khusus di hadapan Allah subhanahu wa ta'ala dan dijamin kemuliaannya oleh Allah Ta'ala.

Alasan yang kedua karena mereka adalah kaum yang sengaja dipilih oleh Allah untuk mendampingi perjuangan RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam.


Inilah dua alasan mengapa kita mengkaji sirah sahabat RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam. Meski mereka hidup 1400 tahun di belakang kita. Karena itu kita tidak akan memahami Islam dengan sebenar-benarnya sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah dan Rasul-Nya, kalau kita tidak mengkaji sirah sahabat Rasulullah shallaLlahu 'alayhi wa sallam.


Boleh jadi diantara kita ada yang mengatakan, "AlhamduliLlah saya adalah orang yang baik. AlhamduliLlah saya adalah orang yang ikhlash. Benarkah kita telah ikhlash ..? Mari kita lihat keikhlasan pada diri sahabat RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam. Betulkah kita adalah orang yang sudah berjihad di jalan Allah ..?


Mari kita lihat jihadnya para sahabat RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam. Betulkah kita adalah orang yang telah berinfaq dengan sesungguh-sungguhnya di jalan Allah ? Lihatlah infaqnya para sahabat RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam. Sebelum kita mengatakan kita adalah ahli ibadah, lihatlah ibadahnya para sahabat RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam.

Merekalah standar maksimal yang akan kita capai dalam ber-Islam.


WaLlahu a'lam bis showwab.


Disarikan dari ceramah Ustadz Dr. Haidar Bawazir