Nasehat Ilahi

Rabu, 15 Desember 2010

Larangan Bekerjasama dengan Penguasa yang Jahat



حدثنا محمد بن علي المروزي ، ثنا محمد بن عبد الله بن قهزاذ ، ثنا حاتم بن يوسف ، ثنا عبد المؤمن بن خالد قال : سمعت عبد الله بن بريدة ، يحدث عن يحيى بن يعمر ، عن أبي سعيد الخدري قال : خطبنا رسول الله صلى الله عليه وسلم ، فقال في خطبته : « ألا إني أوشك أن أدعى فأجيب ، فيليكم عمال من بعدي ، يعملون ما تعلمون ، ويعملون ما تعرفون ، وطاعة أولئك طاعة ، فتلبثون كذلك زمانا ، ثم يليكم عمال من بعدهم ، يعملون بما لا يعلمون ، ويعملون بما لا تعرفون ، فمن فادهم وناصحهم فأولئك قد هلكوا وأهلكوا ، وخالطوهم بأجسادكم ، وزايلوهم (1) بأعمالكم ، واشهدوا على المحسن أنه محسن ، وعلى المسيء أنه مسيء

Dari Abu Sa’id al-Khudry radhiyyaLlahu anhu dia berkata, “Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam pernah berkhutbah di hadapan kami, maka beliau bersabda, “Ketahuilah, aku hampir saja dipanggil (oleh malaikat maut) lalu aku penuhi panggilan itu. Sesudahku kelak kalian akan dipimpin oleh para penguasa yang berkata berdasar landasan ilmu dan berbuat berdasar landasan ilmu. Mentaati mereka merupakan ketaatan yang benar, dan kalian akan berada dalam kondisi seperti itu sampai beberapa waktu.

Setelah itu kalian akan dipimpin oleh penguasa yang berkata bukan berdasarkan ilmu dan berbuat bukan berdasarkan ilmu. Barangsiapa menjadi penasehat mereka, pembantu mereka dan pendukung mereka, berarti ia telah binasa, dan membinasakan orang lain. Hendaklah kalian bergaul dengan mereka secara fisik, namun janganlah kalian mengikuti perbuatan mereka.

Persaksikan lah siapa yang berbuat baik di antara mereka sebagai orang yang baik, dan persaksikan pula orang-orang yang berbuat buruk diantara mereka sebagai orang yang berbuat buruk.”

(Diriwayatkan oleh Imam At-Thabrani dan Al-Bayhaqi, hadits ini shahih menurut Syaikh Al-albany dalam silsilah hadits as-shahihah no 457)

أخبرنا أحمد بن علي بن المثنى ، قال : حدثنا إسحاق بن إبراهيم المروزي ، قال : أخبرنا جرير بن عبد الحميد ، عن رقبة بن مصقلة ، عن جعفر بن إياس ، عن عبد الرحمن بن مسعود ، عن أبي سعيد ، وأبي هريرة ، قالا : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « ليأتين عليكم أمراء يقربون شرار الناس ، ويؤخرون الصلاة عن مواقيتها ، فمن أدرك ذلك منكم فلا يكونن عريفا ، ولا شرطيا ، ولا جابيا ، ولا خازنا »

Dari Abu Sa’id al-Khudry radhiyyaLlahu anhu dan Ibnu Umar radhiyyaLlahu ‘anhuma, keduanya berkata, “Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam telah bersabda, “Benar-benar akan datang kepada kalian suatu zaman yang para penguasanya menjadikan orang-orang jahat sebagai orang-orang kepercayaan mereka, dan mereka (penguasa tersebut) mengakhir-akhirkan pelaksanaan shalat dari awal waktunya. Barangsiapa mendapati masa mereka, janganlah sekali-kali ia menjadi penasehat, penjaga (polisi), penarik pajak dan bendahara bagi mereka.”

(Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban, Abu Ya’la dan At-Thabrani, hadits ini shahih menurut Syaikh Al-albany dalam silsilah hadits as-shahihah no 360)



Minggu, 03 Oktober 2010

Do'a Pagi Ini




Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami
dosa orang tua kami,
dosa guru-guru kami,
dosa orang-orang yang pernah berjasa kepada kami

lindungilah kami dan mereka
dari makar kaum kafirin, musyrikin dan munafikin

Ya Allah, perbaikilah urusan kami
di dunia dan akhirat
jangan jadikan kami terbelenggu dengan tipu daya syaithan
sungguh syaithan adalah musuh yang nyata

Allahumma amiin ..

Senin, 27 September 2010

Urgensi Mempelajari Sirah Sahabat RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam





Kajian kita saat ini tentang sirah sahabat RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam. Atau, lebih fokusnya lagi pada tema, "Mengapa kita perlu mengkaji sirah sahabat RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam ?" Kita akan mengkaji sebuah generasi yang hidup 1400 tahun yang lalu. Sebuah generasi yang hidup jauh di belakang kita. Barangkali banyak orang yang berkata, "Kenapa kita perlu mengkaji sirah sahabat RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam ?"


Bukankah saat ini kita hidup pada zaman yang lebih maju peradabannya dibandingkan dengan mereka. Bukankah ilmu pengetahuan kita saat ini jauh lebih tinggi dibandingkan mereka. Bukankah mereka masih hidup dengan cara yang sangat terbelakang. Mereka hidup di padang pasir. Mereka hidup di zaman onta. Mereka hidup tanpa teknologi, sedangkan kita saat ini hidup dengan kemajuan budaya kita, teknologi kita, pengetahuan kita. Tetapi mengapa kita masih diminta mengkaji umat yang hidup 1400 tahun lebih di belakang kita.


Ini adalah sebuah pertanyaan yang sering dilontarkan. Bahkan di antara kaum muslimin sendiri ada yang mengatakan tidak perlu kita mengkaji sirah shahabat, cukuplah pedoman kita al-Qur'an dan As-Sunnah saja.


Mereka berkata,

هم رجال و نحن رجال


Mereka mengatakan, "Mereka (sahabat) adalah yang hidup pada zamannya, demikian juga kita manusia yang hidup pada zamannya. Tidak peru kita mengkaji kehidupan mereka."

Ini tentu saja suatu pendapat yang salah dan tidak dapat dibenarkan. Bukankah Allah dan Rasul-Nya memerintahkan kita untuk mengkaji bagaimana para sahabat RasuluLlah itu hidup.


Paling tidak ada dua alasan penting yang mengharuskan kita untuk mengkaji sirah sahabat RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam.


Pertama. Generasi sahabat RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam, adalah satu-satunya generasi yang sejak diutusnya risalah ini sampai kepada akhir zaman yang mendapat tazkiyyah dari Allah Ta'ala dan Rasul-Nya. Mendapatkan gelar-gelar kebaikan langsung dari Allah dan Rasul-Nya. Dan kita tidak akan pernah mendapatkan sebuah generasipun sampai akhir zaman yang langsung mendaaptkan gelar-gelar kebaikan, pengakuan-pengakuan atas kesucian dan kebaikan mereka sebagaimana generasi para sahabat RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam ini.


Boleh jadi, saat ini kita melihat seorang yang baik, seseorang yang sering pergi ke mesjid, berjihad di jalan Allah, banyak berinfaq, banyak bershadaqah, seseorang yang tampak jujur, baik akhlaqnya. Boleh jadi kita melihat secara zhahir orang yang demikian itu lantas kita mengatakan, insya Allah si fulan dengan akhlaqnya yang demikian, dengan jihadnya yang demikian, dengan aqidahnya yang lurus, dengan semuanya itu, kita mengatakan, "insya Allah si fulan adalah orang yang baik." Kita mengatakan, "insya Allah si fulan itu adalah orang yang dimuliakan oleh Allah." Tetapi kita tidak dapat memastikan, bahwa si fulan pasti orang yang baik di hadapan Allah Ta'ala. Kita tidak dapat memastikan bahwa si fulan adalah ahlul jannah. Si fulan adalah orang yang sangat dirahmati dan dimuliakan oleh Allah. Kita tidak bisa memastikan itu. Demikianlah menurut aqidah ahlu sunnah wal jama'ah. Bahwa kepastian akan baiknya seseorang baru dapat kita lakukan setelah mendapat informasi langsung dari Allah dan RasulNya. Sejak berakhirnya wahyu yang turun kepada RasuluLlah shallaLlahu alayhi wa sallam, maka tidak ada lagi seseorang yang bisa kita pastikan kemuliaannya di hadapan Allah Ta'ala.


Pernah dalam suatu kejadian, seorang sahabat RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam yang bernama Utsman ibn Mazh'un, beliau adalah seorang muhajirin yang pertama meninggal di kota Madinah. Beliau meninggal di rumah seorang Anshar yaitu Ummul 'Ala'. Setelah beliau meninggal, Ummul 'Ala' menceritakan dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dari jalan seorang sahabat yang bernama Kharijah ibn Zaid bin Tsabit. Saat Utsman ibn Mazh'un ini meninggal, Ummul 'Ala' memujinya,


رَحْمَةُ اللَّهِ عَلَيْكَ أَبَا السَّائِبِ فَشَهَادَتِي عَلَيْكَ لَقَدْ أَكْرَمَكَ اللَّهُ


"Semoga Allah merahmatimu, wahai Abu Saib. Sesungguhnya aku telah menjadi saksi bahwa Allah telah memuliakanmu."


Mendengar itu RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam langsung menegur Ummul 'Ala',

وَمَا يُدْرِيكِ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَكْرَمَهُ

"Dari mana engkau tahu bahwa Allah Ta'ala telah memuliakannya ..?"


Hal ini menjadi pelajaran. Bukan RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam ingin merendahkan derajat Utsman ibn Mazh'um. Tidak. Tetapi, RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam ingin memberikan pelajaran kepada umat ini, bahwa kita tidak boleh mensucikan derajata seseorang di hadapan Allah Ta'ala, kecuali jika telah datang informasi dari Allah dan Rasul-Nya.

Ini adalah sesuatu yang dimaklumi dalam dien kita. Kita tidak bisa mengatakan seseorang itu baik. Atau suatu generasi itu baik di hadapan Allah, kecuali ada informasi langsung dari Allah dan Rasul-Nya.


Dalam sebuah ayat Al-Qur'an, surat al-Fath ayat 18, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,

لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا (18)


Pada ayat ini Allah subhanahu wa ta'ala mengatakan, bahwa Allah telah ridha kepada orang-orang mu'min yang berbai'at di bawah syajarah. Kemudian Allah mengatakan lagi setelah Allah ridha, Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka. Allah mengetahui bahwa mereka adalah orang-orang yang ikhlash. Allah mengetahui bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki kemunafikan dalam hati mereka. Orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam berjihad. Itu semua langsung pengakuan dari Allah subhanahu wa ta'ala. Dan Allah turunkan ketentraman dan juga janjikan kemenangan kepada mereka.


Ayat ini diturunkan bukan kepada 1 atau 2 orang. Bukan hanya kepada Abu Bakar dan Umar. Bukan hanya kepada Utsman dan Ja'far, dan juga sahabat-sahabat besar. Tetapi bukan main. Ayat ini diturunkan kepada 1400 orang yang berbai'at secara bersamaan. Bayangkan 1400 orang yang langsung mendapatkan pengakuan dari Allah subhanahu wa ta'ala. Allah mengetahui hati mereka. Kebersihan hati mereka. Kebaikan hati mereka.


Sehingga kita bisa mengatakan bahwa 1400 orang yang berbai'at di bawah pohon itu merupakan orang-orang yang mendapatkan tempat khusus di hadapan Allah Ta'ala. Hal seperti ini tidak bisa kita kepada generasi setelahnya.


Dalam ayat yang lain, surat At-Taubah ayat 117.

لَقَدْ تَابَ اللَّهُ عَلَى النَّبِيِّ وَالْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ فِي سَاعَةِ الْعُسْرَةِ مِنْ بَعْدِ مَا كَادَ يَزِيغُ قُلُوبُ فَرِيقٍ مِنْهُمْ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ إِنَّهُ بِهِمْ رَءُوفٌ رَحِيمٌ (117)

Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang muhajirin dan orang-orang anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka.


Allah subhanahu wa ta'ala telah menerima taubat orang-orang yang telah ikut perang Tabuk. Kepada siapa ..? Apakah kepada 1 atau 2 orang ? Tidak. Hal ini ditujukan kepada 30.000 orang. 30.000 orang sahabat yang Allah telah nyatakan menerima taubat mereka.


Kita telah melihat dua contoh ayat ini saja betapa para sahabat ini kedudukannya luar biasa di hadapan Allah dan RasulNya. Kedudukan ini tidak akan kita dapatkan hingga akhir zaman.

Itulah sebabnya kita perlu mengkaji sirah sahabat radhiyyaLlahu 'anhum. Mengapa ? Karena mereka adalah satu-satunya generasi yang kita tahu secara pasti, bahwa mereka adalah golongan yang bersih. Pasti mereka adalah golongan yang cemerlang. Pasti bukan golongan yang nifaq. Kepastian ini kita dapat dari Allah dan RasulNya. Ini adalah alasan pertama mengapa kita mengkaji sirah sahabat RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam.


Kemudian alasan yang kedua adalah, karena mereka al-jaylul mukhtar 'indaLlah. Mereka adalah generasi yang dipilih oleh Allah subhanahu wa ta'ala untuk dijadikan model bagi manusia. Generasi yang sengaja dibangkitkan dan dimunculkan oleh Allah Ta'ala untuk menemani Rasulullah shallaLlahu 'alayhi wa sallam. Dan menjadi contoh sampai akhir zaman bagaimana suatu komunitas mengaplikasikan Islam.


Dalam suatu hadits riwayat imam Ahmad dari 'Ubadah Ibn Shamit radhiyaLlahu 'anhu. Suatu ketika RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam bepergian bersama para sahabat. Kemudian mereka beristirahat di suatu tempat. Dan ketika samapi di suatu tempat, biasanya para sahabat itu akan menempatkan Nabi shallaLlahu 'alayhi wa sallam di tengah-tengah mereka, untuk memulyakan dan menjaga Nabi.


Ketika mereka bangun tengah malam, mereka tidak mendapatkan Nabi di tengah-tengah mereka. Sehingga mereka kemudian bingung mencari dimana RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam. Dimana keberadaan RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam. Mereka cari di sekitarnya, tapi mereka tidak mendapatkannya. Mereka kemudian menyalahkan diri mereka. Mereka berkata, "Jangan-jangan RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam pergi karena kekurangan-kekurangan yang ada pada diri kita. Kejelekan-kejelekan yang ada pada diri kita yang membuat Allah subhanahu wa ta'ala murka kepada kita, dan mengangkat Nabi shallaLlahu 'alayhi wa sallam dari tengah-tengah kita. Kemudian Allah meletakkan Nabi shallaLlahu 'alayhi wa sallam di tengah-tengah kelompok yang lain, dengan sahabat yang lain, yang lebih baik daripada kita." Mereka berfikir seperti itu. Ketika mereka berfikir seperti itu, tiba-tiba nabi shallaLlahu 'alayhi wa sallam muncul kembali di tengah-tengah mereka. Sehingga mereka bergembira luar biasa dan bertakbir. Mereka berkata kepada RasuluLlah, "Ya RasuluLlah sesungguhnya kami takut kalau-kalau Allah Ta'ala memilih sahabat lain selain kami bagimu."

أَشْفَقْنَا أَنْ يَكُونَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى اخْتَارَ لَكَ أَصْحَابًا غَيْرَنَا


Maka, ketika mendengar ini RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam bersabda,

لَا بَلْ أَنْتُمْ أَصْحَابِي فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ


"Tidak, bahkan kalian adalah sahabatku di dunia dan akhirat, yag telah dipilih oleh Allah Ta'ala untuk mendampingiku di dunia dan akhirat."

Demikianlah, mereka adalah sebuah generasi yang sengaja dihadirkan oleh Allah Ta'ala untuk menemani dan mendampingi perjuangan RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam. Sebagaimana Allah juga menghadirkan hawariyyin kepada Isa Ibn Maryam alayhi salam, sebagaimana itu pula Allah subhanahu wa ta'ala memilih para sahabat untuk mendampingi RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam. Inilah alasan yang kedua.


Alasan yang pertama tadi adalah karena mereka golongan yang mendapatkan kedudukan khusus di hadapan Allah subhanahu wa ta'ala dan dijamin kemuliaannya oleh Allah Ta'ala.

Alasan yang kedua karena mereka adalah kaum yang sengaja dipilih oleh Allah untuk mendampingi perjuangan RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam.


Inilah dua alasan mengapa kita mengkaji sirah sahabat RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam. Meski mereka hidup 1400 tahun di belakang kita. Karena itu kita tidak akan memahami Islam dengan sebenar-benarnya sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah dan Rasul-Nya, kalau kita tidak mengkaji sirah sahabat Rasulullah shallaLlahu 'alayhi wa sallam.


Boleh jadi diantara kita ada yang mengatakan, "AlhamduliLlah saya adalah orang yang baik. AlhamduliLlah saya adalah orang yang ikhlash. Benarkah kita telah ikhlash ..? Mari kita lihat keikhlasan pada diri sahabat RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam. Betulkah kita adalah orang yang sudah berjihad di jalan Allah ..?


Mari kita lihat jihadnya para sahabat RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam. Betulkah kita adalah orang yang telah berinfaq dengan sesungguh-sungguhnya di jalan Allah ? Lihatlah infaqnya para sahabat RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam. Sebelum kita mengatakan kita adalah ahli ibadah, lihatlah ibadahnya para sahabat RasuluLlah shallaLlahu 'alayhi wa sallam.

Merekalah standar maksimal yang akan kita capai dalam ber-Islam.


WaLlahu a'lam bis showwab.


Disarikan dari ceramah Ustadz Dr. Haidar Bawazir

Jumat, 23 April 2010

Wasiat Asy-Syahid Dr. Abdullah Azzam



Wahai Para Da’i Islam!

Carilah kematian niscaya anda akan dikaruniai kehidupan. Janganlah anda sampai tertipu oleh angan-angan kalian. Janganlah anda sampai tertipu oleh buku-buku yang anda baca dan amalan-amalan sunnah yang anda lakukan sehingga anda melupakan kewajiban besar.

Wahai Para Ulama Islam!

Majulah kalian untuk memimpin generasi yang ingin kembali kepada Rabb-nya ini. Janganlah kalian cenderung kepada kehidupan dunia.

Wahai Kaum Muslimin!

Telah lama kalian tidur nyenyak, sehingga kerusakan merajalela di negeri kalian.

Wahai Kaum Wanita!

Jauhilah kehidupan mewah dan megah karena kemewahan itu musuh disamping akan merusak jiwa manusia. Hindarilah barang-barang yang tidak terlalu penting dan cukupkanlah dengan kebutuhan-kebutuhan primer.

Binalah anak-anak kalian untuk menjadi orang yang berani dan siap berjihad.

Tanamkanlah pada jiwa anak-anak kalian cinta Jihad dan perjuangan. Hiduplah dengan penuh perhatian terhadap problematika kaum Muslimin. Biasakanlah paling tidak sehari dalam sepekan hidup menyerupai kehidupan kaum Muhajirin dan Mujahidin yang hanya memakan sekerat roti kering dan beberapa teguk air.

Wahai Anak-Anak!

Jauhkanlah diri kalian dari bualan lagu-lagu dan musik-musik orang-orang pengumbar nafsu. Jauhkanlah punggung kalian dari kasur orang-orang yang hidup bemewah-mewahan.

Wahai Ummu Muhammad! (Istri Abdullah Azzam)

Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan sebanyak-banyaknya atas apa yang telah engkau lakukan kepadaku dan kepada kaum Muslimin.

Engkau telah bersabar hidup bersamaku setelah sekian lama merasakan manis pahitnya kehidupan. Engkau telah memberikan dukungan yang sangat berarti bagiku untuk berjalan di atas perjalanan yang penuh berkah ini dalam berjuang di medan Jihad.

Ke atas pundakmulah aku serahkan tanggung jawab keluarga pada tahun 1969, ketika kita baru mempunyai dua anak dan seorang bayi. Engkau hidup dalam sebuah kamar kecil yang terbuat dari tanah liat, tanpa dapur dan alat pemanas (untuk menghadapi musim dingin).

Kemudian aku serahkan ke atas pundakmu segala urusan rumah tangga ketika beban semakin berat, keluarga semakin bertambah, anak-anak bertambah besar dan tamu-tamu bertambah banyak, tetapi engkau tetap tabah menghadapi semuanya.

Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan sebanyak-banyaknya atas apa yang telah engkau lakukan untukku.

Sesungguhnya kehidupan jihad adalah kehidupan yang paling lezat. Kesabaran menghadapi kesulitan lebih manis daripada hidup bergemilang kemewahan dan kemegahan.

Pertahankanlah hidup zuhud niscaya Allah mencintaimu, dan janganlah engkau menginginkan apa yang ada di tangan orang lain, niscaya mereka akan mencintaimu.

Al-Quran adalah kenikmatan dan teman hidup. Bangun malam, shiam sunnah dan istighfar di waktu pagi akan membuat hati menjadi bersih dan menjadikan engkau merasakan manisnya ibadah.

Bertemanlah dengan wanita-wanita shalihah, tidak berambisi kepada kehidupan dunia dan menjauhi kemewahan dan cinta dunia, akan memberikan ketenangan hati.

Semoga Allah mempertemukan dan menghimpun kita di Surga Firdaus, sebagaimana Allah menghimpun kita di dunia.

Wahai Kalian Anak-Anakku!

Sesungguhnya kalian tidak mendapatkan perhatianku kecuali sedikit. Kalian tidak memperoleh pembinaan dariku kecuali sedikit. Ya, aku tidak memberikan perhatian kepada kalian.

Tetapi apa yang dapat aku lakukan sementara malapetaka terhadap kaum Muslimin membuat orang hamil melahirkan kandungannya dan musibah yang menimpa Umat Islam membuat rambut bayi-bayi beruban.

Demi Allah, aku tidak kuasa hidup tenang sementara api malapetaka membakar hati kaum Muslimin.

Aku tidak rela hidup di tengah-tengah kalian menikmati hidangan lezat. Demi Allah, sejak dulu aku membenci kemewahan, baik dalam pakaian, makanan ataupun tempat tinggal. Aku berusaha mengangkat kalian ke tingkat orang-orang zuhud dan aku jauhkan kalian dari lumpur kemewahan.

Aku wasiatkan kepada kalian agar berpegang teguh kepada Aqidah Salaf (Ahlussunnah wal-Jama’ah) .

Jauhkanlah diri kalian dari sikap berlebih-lebihan. Baca dan hafalkanlah Al-Quran.
Jagalah lisan, bangunlah malam, lakukanlah puasa sunnah, bergaullah dengan orang-orang baik, aktiflah bersama gerakan Islam.

Aku wasiatkan kepada kalian wahai anak-anakku agar kalian ta’at pada ibu kalian dan menghormati saudara-saudara perempuan kalian (Ummul Hasan dan Ummul Yahya). Carilah ilmu syar’i yang bermanfaat. Ta’atilah saudara kalian yang terbesar (Muhammad) dan hormatilah dia.

Aku wasiatkan kalian agar saling mencintai sesama kalian. Berbuat baiklah kepada nenek dan kakek kalian (Ummu Faiz dan Ummu Muhammad), karena keduanya-lah, setelah Allah, banyak berjasa baik kepadaku. Sambunglah hubungan keluarga kita dan berbuat baiklah kepada keluarga kita. Penuhilah hak persahabatan kita kepada orang yang bersahabat demi kita.

Maha Suci Engkau Ya Allah, dan Maha Terpuji Engkau. Aku bersaksi bahwa tiada Ilah kecuali Engkau. Aku memohon ampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.

Senin waktu Ashar, 22 Sya’ban 1406H (20 April 1986)
Abdullah Yusuf Azzam

Wasiat ini ditulis oleh Sheikh Abdullah Azzam semasa jihad Afghanistan melawan Uni Soviet masih berlangsung.