Nasehat Ilahi

Jumat, 23 April 2010

Wasiat Asy-Syahid Dr. Abdullah Azzam



Wahai Para Da’i Islam!

Carilah kematian niscaya anda akan dikaruniai kehidupan. Janganlah anda sampai tertipu oleh angan-angan kalian. Janganlah anda sampai tertipu oleh buku-buku yang anda baca dan amalan-amalan sunnah yang anda lakukan sehingga anda melupakan kewajiban besar.

Wahai Para Ulama Islam!

Majulah kalian untuk memimpin generasi yang ingin kembali kepada Rabb-nya ini. Janganlah kalian cenderung kepada kehidupan dunia.

Wahai Kaum Muslimin!

Telah lama kalian tidur nyenyak, sehingga kerusakan merajalela di negeri kalian.

Wahai Kaum Wanita!

Jauhilah kehidupan mewah dan megah karena kemewahan itu musuh disamping akan merusak jiwa manusia. Hindarilah barang-barang yang tidak terlalu penting dan cukupkanlah dengan kebutuhan-kebutuhan primer.

Binalah anak-anak kalian untuk menjadi orang yang berani dan siap berjihad.

Tanamkanlah pada jiwa anak-anak kalian cinta Jihad dan perjuangan. Hiduplah dengan penuh perhatian terhadap problematika kaum Muslimin. Biasakanlah paling tidak sehari dalam sepekan hidup menyerupai kehidupan kaum Muhajirin dan Mujahidin yang hanya memakan sekerat roti kering dan beberapa teguk air.

Wahai Anak-Anak!

Jauhkanlah diri kalian dari bualan lagu-lagu dan musik-musik orang-orang pengumbar nafsu. Jauhkanlah punggung kalian dari kasur orang-orang yang hidup bemewah-mewahan.

Wahai Ummu Muhammad! (Istri Abdullah Azzam)

Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan sebanyak-banyaknya atas apa yang telah engkau lakukan kepadaku dan kepada kaum Muslimin.

Engkau telah bersabar hidup bersamaku setelah sekian lama merasakan manis pahitnya kehidupan. Engkau telah memberikan dukungan yang sangat berarti bagiku untuk berjalan di atas perjalanan yang penuh berkah ini dalam berjuang di medan Jihad.

Ke atas pundakmulah aku serahkan tanggung jawab keluarga pada tahun 1969, ketika kita baru mempunyai dua anak dan seorang bayi. Engkau hidup dalam sebuah kamar kecil yang terbuat dari tanah liat, tanpa dapur dan alat pemanas (untuk menghadapi musim dingin).

Kemudian aku serahkan ke atas pundakmu segala urusan rumah tangga ketika beban semakin berat, keluarga semakin bertambah, anak-anak bertambah besar dan tamu-tamu bertambah banyak, tetapi engkau tetap tabah menghadapi semuanya.

Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan sebanyak-banyaknya atas apa yang telah engkau lakukan untukku.

Sesungguhnya kehidupan jihad adalah kehidupan yang paling lezat. Kesabaran menghadapi kesulitan lebih manis daripada hidup bergemilang kemewahan dan kemegahan.

Pertahankanlah hidup zuhud niscaya Allah mencintaimu, dan janganlah engkau menginginkan apa yang ada di tangan orang lain, niscaya mereka akan mencintaimu.

Al-Quran adalah kenikmatan dan teman hidup. Bangun malam, shiam sunnah dan istighfar di waktu pagi akan membuat hati menjadi bersih dan menjadikan engkau merasakan manisnya ibadah.

Bertemanlah dengan wanita-wanita shalihah, tidak berambisi kepada kehidupan dunia dan menjauhi kemewahan dan cinta dunia, akan memberikan ketenangan hati.

Semoga Allah mempertemukan dan menghimpun kita di Surga Firdaus, sebagaimana Allah menghimpun kita di dunia.

Wahai Kalian Anak-Anakku!

Sesungguhnya kalian tidak mendapatkan perhatianku kecuali sedikit. Kalian tidak memperoleh pembinaan dariku kecuali sedikit. Ya, aku tidak memberikan perhatian kepada kalian.

Tetapi apa yang dapat aku lakukan sementara malapetaka terhadap kaum Muslimin membuat orang hamil melahirkan kandungannya dan musibah yang menimpa Umat Islam membuat rambut bayi-bayi beruban.

Demi Allah, aku tidak kuasa hidup tenang sementara api malapetaka membakar hati kaum Muslimin.

Aku tidak rela hidup di tengah-tengah kalian menikmati hidangan lezat. Demi Allah, sejak dulu aku membenci kemewahan, baik dalam pakaian, makanan ataupun tempat tinggal. Aku berusaha mengangkat kalian ke tingkat orang-orang zuhud dan aku jauhkan kalian dari lumpur kemewahan.

Aku wasiatkan kepada kalian agar berpegang teguh kepada Aqidah Salaf (Ahlussunnah wal-Jama’ah) .

Jauhkanlah diri kalian dari sikap berlebih-lebihan. Baca dan hafalkanlah Al-Quran.
Jagalah lisan, bangunlah malam, lakukanlah puasa sunnah, bergaullah dengan orang-orang baik, aktiflah bersama gerakan Islam.

Aku wasiatkan kepada kalian wahai anak-anakku agar kalian ta’at pada ibu kalian dan menghormati saudara-saudara perempuan kalian (Ummul Hasan dan Ummul Yahya). Carilah ilmu syar’i yang bermanfaat. Ta’atilah saudara kalian yang terbesar (Muhammad) dan hormatilah dia.

Aku wasiatkan kalian agar saling mencintai sesama kalian. Berbuat baiklah kepada nenek dan kakek kalian (Ummu Faiz dan Ummu Muhammad), karena keduanya-lah, setelah Allah, banyak berjasa baik kepadaku. Sambunglah hubungan keluarga kita dan berbuat baiklah kepada keluarga kita. Penuhilah hak persahabatan kita kepada orang yang bersahabat demi kita.

Maha Suci Engkau Ya Allah, dan Maha Terpuji Engkau. Aku bersaksi bahwa tiada Ilah kecuali Engkau. Aku memohon ampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.

Senin waktu Ashar, 22 Sya’ban 1406H (20 April 1986)
Abdullah Yusuf Azzam

Wasiat ini ditulis oleh Sheikh Abdullah Azzam semasa jihad Afghanistan melawan Uni Soviet masih berlangsung.

Kamis, 08 April 2010

Kisah Abdullah Ibn Mubarak.


Julukannya Abu ‘Abdirrahman, ayahnya orang Turki yang bekerja kepada seorang pedagang dari Bani Handzalah. Ibunya juga orang Turki dari suku Khawarizmi. Beliau dilahirkan tahun 118 H, ada yang berpendapat 119 H.

Dari Al Hasan, ia Berkata, “Ibunda Ibnul Mubarak adalah orang Turki. Kemiripan Ibnul Mubarak dengan orang Turki sangat mencolok. Kalau beliau membuka bajunya, tidak terlihat banyak bulu pada dada. Salah seorang keluarganya memberitahu aku bahwa beliau belum pernah sekalipun masuk ke tempat pemandian.”

Rumah Ibnul Mubarak sangat besar, terletak di Marwa. Halaman rumahnya berukuran 50 x 50 hasta (1 hasta sekitar 50 cm). jika anda ingin melihat ahli ilmu, ahli ibadah dan lelaki berwibawa yang juga dihormati di Marwa, maka anda akan jumpai rumah tersebut.

Setiap hari, banyak sekali orang yang berkumpul di rumahnya. Mereka bersama-sama mengkaji ilmu hingga ibnul Mubarak keluar dari kamarnya dan mereka pun berkumpul di sekeliling beliau.

Ketika ibnul Mubarak pindah ke Kufah, maka beliau tinggal di sebuah rumah kecil. Biasanya beliau keluar untuk shalat, lalu kembali lagi kerumahnya. Beliau sangat jarang keluar rumah dan tidak pernah lagi didatangi banyak orang. Ketika itu, aku berkata kepada beliau, “Wahai Abu Abdurrahman, tidakkah engkau merasa terasing disini, jika engkau bandingkan dengan rumahmu di Marwa?” beliau menjawab, “Aku menghindari marwa karena hendak menghindari sesuatu yang engkau sukai, dan sekarang aku tinggal disini karena menyukai sesuatu yang engkau membencinya. Dulu, saat aku di Marwa, tidak ada masalahpun kecuali mereka adukan kepadaku dan mereka mengatakan, “Tanyakan kepada Ibnul Mubarak, sedangkan di sini aku terbebas dari semua itu.”

“Jadilah orang yang tak dikenal, yang membenci ketenaran, dan jangan tampakkan bahwa dirimu tidak suka terkenal untuk mengangkat martabar diri. Sebab, kalau engkau mengaku-aku zuhud itu sama artinya kezuhudanmu telah roboh, karena engkau menyeret dirimu agar disanjung dan dipuji.”

Suatu hari aku bersama Ibnul Mubarak mendatangi amta air. Orang-orang biasa minum dari sini. Beliau mendekat ke mata air tersebut dan minum dari sana, Sementara orang-orang tidak mengenal beliau. Mereka berdesak-desakan dan mendorong beliau. Ketika beliau keluar dari sana, beliau berkata kepadaku, “Seperti inilah hidup yang sebenarnya,” Maksud beliau ketika kita tidak dikenal dan tidak dihormati oleh orang lain.

Seorang ulama’ bernama ‘Abdurrahman bin Mahdi Berkata, “Kedua mataku tidak pernah melihat orang yang lebih tulus menasehati umat islam dari Ibnu Mubarak.”

Dari Husain bin Hasan Al Mirwazi ia Berkata, “Ibnul Mubarak Berkata, “Jadilah orang yang tak dikenal, yang membenci ketenaran, dan jangan tampakkan bahwa dirimu tidak suka terkenal untuk mengangkat martabar diri. Sebab, kalau engkau mengaku-aku zuhud itu sama artinya kezuhudanmu telah roboh, karena engkau menyeret dirimu agar disanjung dan dipuji.”

Dari Asy’ats bin Syu’bah Al Mushishi, ia berkata, “Suatu ketika Hurun Ar Rasyid datang ke Riqqoh (nama suatu daerah), lalu orang-orang keluar menyambut Ibnul Mubarak. Mereka berdesak-desakan hingga sandal-sandal putus dan debu berterbangan. Lalu muncullah seorang wanita, budak khalifah Harun Ar Rasyid, dari sebuh bangunan kayu. Ketika melihat orang-orang begitu ramai, ia bertanya, “Ada apa?” orang-orang menjawab, “Orang alim dari Khurosan tiba di Riqqah, namanya ‘Abdullah bin Mubarak.” Maka wanita itu berkata, “Demi Allah, ini adalah raja, tapi bukan raja Harun yang tidak bisa mengumpulkan orang-orang kecuali dengan polisi dan tentara.”

Dari Qosim bin Muhammad, ia berkata, “Aku pernah berpergian bersama Ibnul Mubarak. Ketika itu, yang sering terlintas dalam pikiranku adalah, mengapa orang ini dilebihkan di atas kami sampai ia Begitu terkenal di kalangan manusia. Padahal, kalau dia shalat, toh kami juga shalat. Kalau dia berpuasa, kami juga berpuasa. Kalau dia berperang, kamipun juga berperang dan kalau dia berhaji, kamipun sama.”

Qosim melanjutkan, “Suatu malam, saat kami tengah melakukan perjalanan menuju Syam, kami makan malam di sebuah rumah. Tiba-tiba lampunya padam. Maka, salah satu dari kami keluar rumah untuk mencari penerangan. Tak lama kemudian, ia kembali dengan membawa lampu. Maka aku lihat wajah Ibnu Mubarak, ternyata jenggotnya sudah basah dengan air mata. Melihat itu, aku Berkata dalam hati, “Kiranya dengan rasa takut seperti ini ia dilebihkan diatas kami.” Mungkin, ketika lampu padam dan suasana gelap gulita, beliau teringat hari kiamat.

Nu’aim bin Hammad Berkata, “Ibnul Mubarak lebih banyak duduk di rumah, maka ditanyakan kepada beliau, “Tidakkah anda merasa kesepian?” beliau menjawab, “Mana mungkin aku kesepian sementara aku bersama Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam (Yang beliau maksud adalah bersama Hadits nabi shalallahu 'alaihi wasallam)

Demikianlah sekelumit kisah tentang sosok Ibnul Mubarak, tentunya masih sangat banyak riwayat-riwayat yang mengkisahkan tentang keagungan beliau. Semoga kita dapat senantiasa meneladai beliau.

Amiin.

Rabu, 07 April 2010

Kawan


Kawan

Munsyid : The Zikr


Kawan apalah yang kau kesalkan
Kerana Tuhan kehilangan kawan
Kerana kebenaran dihina
Jangan kau ragu dalam perjuangan

Kadang-kadang kawan jadi lawan
Kadang-kadang lawan jadi kawan
Apalah disedihkan hati
Para pejuang selalu kekurangan

Jangan sedih selalu tersisih
Bukan kau saja ditimpa malang

Lihatlah para Rasul mulia
Lebih terseksa dan menderita
Tetapi mereka merasai ramai
Walaupun keseorangan

Mereka memadai dengan Tuhannya
Itulah kebahagiaan
Di waktu sempit seorang diri
Kawan apalah disedihkan hati


diambil dari : http://liriknasyid.com


Teringat nasyid ini, malam ini. Mengenang kawan-kawan seperjuangan, yang berguguran satu persatu karena urusan "dapur".

Kamis, 01 April 2010

Krisis Ruhiyyah dalam Gerakan Islam


..........................


Apabila hati seorang muslim kosong dari iman, akan sirna pula pengaruhnya. Islam lenyap dalam kehidupannya. Pada akhirnya tiada lagi amal yang dipersembahkan untuk-Nya. Laksana sebatang pohon yang kering akarnya dan habis sumber pertumbuhannya, serta rapuh dasar pijaknya.

Akhirnya ia layu dan mati. Berubahlah menjadi kayu bakar yang kering. Yang tidak lagi dimanfaatkan kecuali untuk bahan bakar.

Apabila cahaya Iman mulai redup di hati, hubungan dengan Rabb mulai lemah, dan tali ikatan denganNya mulai kendor. Mulailah jiwa cenderung dengan harta dunia, dengan wujud cinta dan kesungguhan untuk meraihnya.

Ketika itulah layu pohon Islam dalam kehidupannya, dan jadilah ia laksana patung yang bergerak. Tiada kehangatan di dalamnya, dan tiada pula ruh dan semangat. Ia kembali pada derajat yang terendah dan tidak mampu bangkit kembali. Ia tidak lagi punya barometer nilai untuk mengukurnya.

Ia tidak mendapatkan manisnya aktifitas yang dipersembahkan kepada Allah dan pengorbanan untuk-Nya. Namun, justru ia merasa telah berbuat begitu banyak dan mahal untuk Islam, dengan sedikit upaya dan kesungguhannya. Ia menganggap Islam adalah sebuah beban yang menimpa pundaknya. Nampak di wajahnya rasa berat dan terpaksa.

Akhirnya, dengan memandang enteng, ia tinggalkan Islam satu demi satu, langkah demi langkah, dan hari demi hari. Lama kelamaan tidak ada lagi sisa kecuali bentuk yang sudah mati dari sebagiannya. Itupun yang ia rasa tidak bertentangan dengan hawa nafsu dan kepentingan-kepentingan duniawinya.

Hawa nafsu dan kepentingan duniawi itulah yang akhirnya mengendalikan dirinya. Sehingga dengan seenaknya ia menolak atau menerima Islam, mengambil atau meninggalkan, serta ia ubah atau rekayasa hukumnya. Ia perintah orang untuk taat sementara dirinya berpaling.Tidak ada rasa tanggung jawab sedikitpun kepada agama.

Ia tidak mencintai orang yang mestinya dicintai (karena Islam) dan tidak membenci orang yang mestinya dibenci (karena kufur). Apabila ia suatu saat mencintai atau membenci seseorang motivasinya hanya sebatas maslahat (kepentingan) pribadi atau hawa nafsunya. Hingga rasa cinta dan bencinya tidak sampai ke dalam hati.

Bisa saja ia berdiri di barisan musuh untuk bersama mereka memerangi Islam, apabila hal itu menguntungkan dirinya. Atau karena rakus dengan harta rampasan. Atau sekedar mengikuti arus yang dominan.

Demikianlah kondisi yang banyak menimpa kaum muslimin sekarang.

.............................

Dikutip dari :

Judul asli : 'Azmah Ruhiyyah
Penulis : Al-Ustadz Isham Athar
Judul Terjemahan : Krisis Ruhiyyah dalam Gerakan Islam
Penerbit : Citra Islami Press, Solo, 1993

... salah satu buku yang menginspirasi masa remaja saya. Insya Allah kapan-kapan ditulis lagi lanjutannya. Hari ini saya mengutipnya untuk menyambut Kajian Tazkiyyatun Nafs dan Mabit di Pondok Gede, hari sabtu 3 April 2010, bersama ustadz Saiful Islam Mubarok.