..........................
Apabila hati seorang muslim kosong dari iman, akan sirna pula pengaruhnya. Islam lenyap dalam kehidupannya. Pada akhirnya tiada lagi amal yang dipersembahkan untuk-Nya. Laksana sebatang pohon yang kering akarnya dan habis sumber pertumbuhannya, serta rapuh dasar pijaknya.
Akhirnya ia layu dan mati. Berubahlah menjadi kayu bakar yang kering. Yang tidak lagi dimanfaatkan kecuali untuk bahan bakar.
Apabila cahaya Iman mulai redup di hati, hubungan dengan Rabb mulai lemah, dan tali ikatan denganNya mulai kendor. Mulailah jiwa cenderung dengan harta dunia, dengan wujud cinta dan kesungguhan untuk meraihnya.
Ketika itulah layu pohon Islam dalam kehidupannya, dan jadilah ia laksana patung yang bergerak. Tiada kehangatan di dalamnya, dan tiada pula ruh dan semangat. Ia kembali pada derajat yang terendah dan tidak mampu bangkit kembali. Ia tidak lagi punya barometer nilai untuk mengukurnya.
Ia tidak mendapatkan manisnya aktifitas yang dipersembahkan kepada Allah dan pengorbanan untuk-Nya. Namun, justru ia merasa telah berbuat begitu banyak dan mahal untuk Islam, dengan sedikit upaya dan kesungguhannya. Ia menganggap Islam adalah sebuah beban yang menimpa pundaknya. Nampak di wajahnya rasa berat dan terpaksa.
Akhirnya, dengan memandang enteng, ia tinggalkan Islam satu demi satu, langkah demi langkah, dan hari demi hari. Lama kelamaan tidak ada lagi sisa kecuali bentuk yang sudah mati dari sebagiannya. Itupun yang ia rasa tidak bertentangan dengan hawa nafsu dan kepentingan-kepentingan duniawinya.
Hawa nafsu dan kepentingan duniawi itulah yang akhirnya mengendalikan dirinya. Sehingga dengan seenaknya ia menolak atau menerima Islam, mengambil atau meninggalkan, serta ia ubah atau rekayasa hukumnya. Ia perintah orang untuk taat sementara dirinya berpaling.Tidak ada rasa tanggung jawab sedikitpun kepada agama.
Ia tidak mencintai orang yang mestinya dicintai (karena Islam) dan tidak membenci orang yang mestinya dibenci (karena kufur). Apabila ia suatu saat mencintai atau membenci seseorang motivasinya hanya sebatas maslahat (kepentingan) pribadi atau hawa nafsunya. Hingga rasa cinta dan bencinya tidak sampai ke dalam hati.
Bisa saja ia berdiri di barisan musuh untuk bersama mereka memerangi Islam, apabila hal itu menguntungkan dirinya. Atau karena rakus dengan harta rampasan. Atau sekedar mengikuti arus yang dominan.
Demikianlah kondisi yang banyak menimpa kaum muslimin sekarang.
..........................
Dikutip dari :
Judul asli : 'Azmah Ruhiyyah
Penulis : Al-Ustadz Isham Athar
Judul Terjemahan : Krisis Ruhiyyah dalam Gerakan Islam
Penerbit : Citra Islami Press, Solo, 1993
... salah satu buku yang menginspirasi masa remaja saya. Insya Allah kapan-kapan ditulis lagi lanjutannya. Hari ini saya mengutipnya untuk menyambut Kajian Tazkiyyatun Nafs dan Mabit di Pondok Gede, hari sabtu 3 April 2010, bersama ustadz Saiful Islam Mubarok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar